Jumat, 08 Februari 2013

Konstruktivisme, Cooperative Learning Dan Berpikir Ilmiah


SUKMA SUKARDI
104904021
PGPAUD (A)
KONSTRUKTIVISME
Pengertian Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
2. Ciri-ciri Konstruktivisme
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
Mengapa ada konstruktivisme
Agar anak didik dapat membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi anak didik, dengan memberikan kesempatan  untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Bagaimana kelebihan dan Kekurangan dari Konstruktivisme
a. Kelebihan
Murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Faham kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi. Selian itu murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru; Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri; Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya; Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap; Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri; Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
b.Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya.
Contohnya :
Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
COOPERATIVE LEARNING
Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.
Mengapa ada Cooperative Learning:
·         Agar anak dapat merasakan keuntungan dari setiap usaha teman lainnya. (Kesuksesan Anda bermanfaat bagi saya dan keberhasilan saya bermanfaat untuk Anda.)
·         Agar anak didik menyadari bahwa semua anggota kelompok mempunyai nasib yang sama. (Tenggelam atau mengapung kita bersama).
·         Tahu bahwa prestasi seseorang ditentukan oleh orang lain dalam satu kelompok. (Kami tidak dapat melakukannya tanpa Anda.)
·         Merasa bangga dan merayakan bersama ketika salah satu anggota kelompok mendapatkan keberhasilan (Kami semua merasa sukses atas kesuksesan anda. 
 Bagaimana keunggulan Cooperative Learning?
Penelitian telah menunjukkan bahwa model cooperative learning:
• meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya.
• meningkatkan daya ingatan siswa
• meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar
• membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan
• mengembangkan  keterampilan social siswa
• meningkatkan rasa percaya diri siswa
• membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.
Contoh dari Cooperative Learning
Dalam pelajaran tertentu siswa sebagai kelompok yang berupayauntuk menemukan sesuatu, kemudian setelah jam pelajaran habis siswa dapatbekerja sebagai kelompok-kelompok diskusi dan setelah itu siswa akanmendapat kesempatan bekerja sama untuk memastikan bahwa seluruh anggotakelompok telah menguasai segala sesuatu yang telah dipelajarinya untukpersiapan kuis, bekerja dalam suatu format belajar kelompok.
BERPIKIR ILMIAH
Pengertian Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiah artinya berpikir sistematis. Berpikir secara ilmiah merupakan proses penerapan teknik ilmiah untuk meneliti fenomena, mendapatkan ilmu pengetahuan baru yang diintegrasikan dengan ilmu pengehuan sebelumnya atau mengoreksi pengetahuan sebelumnya.
Mengapa perlu berpikir ilmiah
Anak perlu menggabungkan fakta-fakta bersama dan mengetahui jawaban sebab akibat. Mengajarkan kepada anak tentang fakta berbeda dengan mengajarkan anak bagaimana menggunakan fakta untuk berpikir, beralasan dan memecahkan masalah. Perhatikan perbedaan dari pertanyaan-pertanyaan,’ Apakah kedua binatang ini mirip? Mengapa? atau mengapa tidak?” dan ”Apakah kura-kura memiliki kulit yang keras?”. Pertanyaan-pertanyaan dapat mengarahkan pada pembelajaran tentang fakta dan informasi atau dapat pula digunakan untuk mengangkat pemikiran dan alasan.
Bagaimana anak melakukan proses berpikir ilmiah
Di dalam melakukan proses berpikir ilmiah, anak perlu belajar memahami fenomena, menjawab pertanyaan, mengembangkan teori, menemukan informasi yang lebih banyak tentang sesuatu dan mempertanyakan kesimpulan yang diperoleh oleh anak lain. Ketika anak sedang bermain dengan bahan-bahan yang ada di lingkungannya, anak mendapatkan fakta-fakta dan informasi-informasi tentang dunianya. Fakta dan informasi ini bukanlah fokus pertama dari sains. Anak harus bergerak terus sehingga anak tidak hanya menemukan fakta dan informasi tetapi mengetahui bagaimana menggunakan fakta-fakta itu untuk berpikir, beralasan dan memecahkan masalah.
Contohnya :
Misalnya saja, seorang guru bermain es batu dengan anak usia 5 tahun. Anak akan memegang es batu itu di dalam air hangat dan mengamati es itu akan mencair. Anak juga akan melihat ketika langsung berada di bawah terik sinar matahari es batu akan lebih cepat mencair. Dari pengalaman tersebut anak telah belajar sesuatu proses berpikir, memiliki alasan dan pengalaman tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Saat anak memegang es batu di tangan, guru dapat bertanya,”Wah, lihat.... tangan, air hangat, dan matahari bisa membuat es mencair. Bagaimana bisa seperti itu ?” Dengan pertanyaan semacam itu, guru sedang mengajak eksplorasi anak melebihi fakta yang ada. Artinya, guru sedang mengajak anak berpikir dan memecahkan masalah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar