Jumat, 05 April 2013

PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK ANAK USIA DINI


Perkembangan fisik ditunjukan untuk mengembangkan 6 aspek yang meliputi :
1.      Koordinasi
2.      Kekuatan
3.      Ketahanan
4.      Kecepatan
5.      Kecekatan
6.      Keseimbangan
Perkembangan fisik anak dapat diukur dari beberapa hal.
            Pertama dari berat badan anak. Berat badan anak pada umur tertentu dicatat dan dicantumkan dalam kartu menuju sehat {KMS}. Warna yang lebih mudamenunjukkan pengurangan berat,sedangkan warna yang lebih tua menunjukkan pertambahan berat. Dengan KMS dapat diketahui apakah berat badan anak kurang, normal atau berlebih. Berat yang kurang dan berlebih bukan merupakan berat ideal. Anak yang terlalu gemuk justru todak diinginkan. Berat badan yang ideal barada di tengah warna hijau dalam KMS.
            Kedua, perkembangan fisik anak juga dapat diketahui dari tinggi berat badan anak. Memang tinggi badan anak sangat variatif, dipengaruhi oleh factor genetis dan lingkungan. Akan tetapi perbandingan antara berat dan tinggi badan merupakan tolak ukur yang baik perkembangan fisik anak.
            Ketiga, perkembangan fisik anak dapat dilihat dari perkembangan motoriknya. Anak yang secara fisik berkembang baik akan menampilkan gerakan yang baik. Selain itu kesehatan badan, aktivitas, dan gerak refleks pada anak juga mencerminkan kesehatan. Pada bayi sebagian besar gerakan bersifat refleks, yaitu refleks untuk mempertahankan diri, seperti menangis merupakan refleks yang berarti haus, lapar, kedinginan, kepanasan, atau sakit. Ketika dewasa, gerakan pada umumnya terkoordinasi dan kompleks. Bermain sepak bola, memanjat tali, berlari adalah contoh gerakan yang kompleks dan membutuhkan koordinasi berbagai anggota badan.
Ciri utama anak usia prasekolah adalah bergerak. Saat terjaga hampir seluruh waktunya dipergunakan untuk bergerak, gerak kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya seperti berlari, memanjat, melempar atau gerakan yang hanya melibatkan sebagian kecil tubuh seperti mendorong mobil-mobilan, menggunting, menempelkan kertas, memakaikan baju boneka, atau menggambar.gerakan yang pertama dikenal sebagai keterampilan gerakan kasar atau gross motor skills dan yang kedua adalah keterampilan gerakan halus atau fine motor skills. Kedua macam gerakan ini memungkinkan anak untuk bermain sepanjang waktu. Karena itu pula masa prasekolah disebut pula sebagai masa bermain. 
a.       Keterampilan gerakan kasar
Pada usia 3 tahun anak mampu berdiri diatas satu kaki, namun hanya untuk beberapa detik saja. Ketika mencapai usia 4 tahun, ia sudah mampu berdiri diatas satu kaki, dan menan gkap bola yang dilemparkan kepadanya. Pada usia 5 tahun ia sudah dapat meloncat hampir 1 meter jauhnya dan malahan sebagian anak sudah mampu bermain sepatu roda. Bahkan kegiatan bergerak yang tertinggi dari seluruh rentang kehidupan manusia adalah pada usia 3 tahun. Keterampilan gerakan kasar berbeda pada setiap usia, pada umumnya anak usia 3 tahun masih menyukai gerakan-gerakan yang sederhana seperti meloncat-loncat, dan lari bolak-balik, mereka melakukan gerakan tersebut hanya demi kesenangan bergerak belaka.
Pada usia 4 tahun, anak masih tetap menyukai gerakan-gerakan melompat, meloncat dan sejenisnya seperti tersebut diatas, namun sekarang gerakannya lebih berani dan suka berebutan. Pada usia ini anak mampu naik tangga dengan menggunakan satu kaki untuk setiap anak tangga, tapi masih dalam tingkat belajar menggunakan cara tersebut untuk menurungi tangga.
Pada usia 5 tahun, anak makin berani dibandingkan dengan ketika masih umur 4 tahun. Memanjat pohon atau menaiki tangga yang lebih tinggi bukan masalah bagi mereka. Pada usia tersebut anak sering beradu lari dengan temannya atau dengan orang tuanya.
Keterampilan motorik kasar seperti itu sudah jauh lebih maju dari sekedar gerak refleks merupakan persyaratan untuk olah raga, menari dan aktivitas-aktivitas lain nantinya. Memang cara bermain anak usia prasekolah sering kasar dan mereka sering berguling-guling.
b.      Ketermpilan gerakan halus
Pada usia 3 tahun kemampuan gerakan halus anak belum terlalu berbeda dari kemampuan gerak halus pada masa bayi. Meskipun saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya, tetapi gerakan itu sendiri masih sangat kikuk. Contohnya ketika anak mampu membuat menara dari balok. Menaranya belum lurus walaupun dibuat dengan konsentrasi penuh, seperti pula pada saat anak menyusun puzel, gerakan kasar pada waktu meletakkan keping-keping puzel, acapkali kurang pas atau dipaksakan.
Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halusnya secara subtansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat. Malahan cenderung ingin sempurna. Pada usia 5 tahun koordinasi motorik halusnya sudah lebih sempurnah lagi. Tangan, lengan dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata.
Keterampilan gerak halus yang paling utama adalah kemampuan memegang pinsil dengan tepat yang diperlukan untuk menulis kelak, pada awalnya anak memegang pinsil dengan cara menggenggam pinsil dan digunakan hanya untuk mencoret-coret. Cara ini dilakukan pada usia 2-3 tahun, setelah itu cara memegang pinsil lebih baik lagi. Tidak semua jari-jarinya digunakan melainkan hanya jempol dan telunjuk.   
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
Masa yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku. Namun yang saya bahas disini gangguan pertumbuhan fisik dan motorik.
1.      Gangguan pertumbuhan fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan diatas normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal. Menurut soetjiningsih (2003), apabila grafik berat badan anak lebih dari 120% memungkinkan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal, sementara itu apabila gerafik berat badan dibawah normal kemungkinan anak mengalami kekurangan gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Ukuran kepala juga menjadi salah satu ukuran  yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkaran kepala yang lebih dari normal biasanya anak menderita hidrosifalus, megaensifali, tumor otak, ataupun merupakan variasi normal. Apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis, ataupun hanya merupakan variasi normal. Gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat
Menurut Hendarmin (2000) tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor pranatal dan posnatal. Faktor pranatal antara lain adalah genetik, dan infeksi TORCH yang terjadi selama kehamilan, sedangkan faktor posnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.
2.      Gangguan perkembangan motorik
Pertumbuhan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebabnya adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromoskuler. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsung tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia, serta dapat juga menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik .
penyakit neuromuskuler seperti muskuler distrofi merupakan gangguan perkembangan motorik yang selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak memiliki kesempatan belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.
Tahapan Perkembangan Fisik Motorik
Manusia adalah makhluk yang selalu berkembang. Bermula dari dalam kandungan, lahir kemudian menjadi dewasa, tua dan meninggal.
1)      Masa natal
Adalah masa dimana manusia memasuki tahap dalam kandungan sampai 1 bulan. Natal terbagi menjadi 2 tahap,yaitu :
• Preonatal (dalam kandungan sampai dengan dilahirkan)
• Neonatal (Masa lahir sampai 1 bulan)
Aktifitas gerak pada masa ini meliputi gerak reflex sederhana,seperti :
a. Gosok-menggosok
b. Menggenggam
c. Membengkok
d. Meluruskan
e. Mengatur sikap.
2)      Masa bayi ( Infancy )
Masa bayi adalah masa sejak individu dilahirkan sampai berusia 1 tahun atau 2 tahun.Tingkah laku meliputi tingkah laku yang disadari serta dikendalikan dengan otot secara bertahap berkembang kearah cephacaudal-proximodistal yaitu bagian kepala, leher, togok sampai kekaki dan juga dari togok kebagian samping belakang.Beberapa tingkah laku ini meliputi merangkak, menggulung, berjalan,serta menggenggam yang disadari.
Pada masa ini gerakan yang terjadi,meliputi:
a. Menggangkat bahu ( 1 Bulan )
b. Menggangkat dada ( 2 Bulan )
c. Duduk dengan bantuan (4 bulan )
d. Duduk di pangkuan ( 5 Bulan )
e. Duduk Sendiri (7 Bulan )
f. Berdiri dengan bantuan (8 Bulan )
g. Berdiri dengan berpegangan ( 9 BUlan )
h. Merangkak ( 10 bulan )
i. Berjalan di bombing (11 bulan )
j. Berdiri sendiri ( 14 Bulan )
k. Berjalan sendiri (15 BUlan )
3)      Chidhood
pertumbuhan pada usia kanak- kanak ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan relative stabil. Bagaimanapun juga tulangnya masih lemah. Pola gerakannya meliputi:
Kesamping, berjalan, berlari dengan pelan, meloncat kira-kira 40 cm.
4)      Children ( Masa Kecil ) dan 5 Child ( Masa Anak – Anak )
Pada masa ini ,anak kecil perkembangna fisiknya berada pada suatu tingkatan dimana secara organisme telah memungkinkan untuk melakukan beberapa maam gerakan dasar dengan beberapa variasinya.
5)      Prapuberty Puber & Adolisence ( Masa Puber dan Remja (12- 25 tahun )
Pada masa ini merupakan waktu yang tepat untuk mengikuti beragam pertandingan atau kegiatan olahraga .Mereka memiliki perhatian, kemauan, motivasi untuk meningkatkan penampilan yang didapat pada masa kanak-kanak kecil hingga anak-anak.
6)      Adult
Perkembangan gerak orang dewasa merupakan periode penigkatan yang terhenti. Peningkatan kemapuan fisik orang dewasa bukan lagi merupakan peningkatan yang ditunjang oleh pertumbuhan yang menyertai bertambahnya usia. Masa dewasa sekitar 30-45 tahun.
7)      Old Age & Middle Age
Pertambahan umur secara berkelompok umur 45 tahun atau lebih adalah menua. Bentuk olahraganya meliputi : Jogging pagi atau jalan pagi,Senam jantung sehat, Sering bergerak sehingga tidak terjadi penyumbatan pembuluh darah.
8)      Oldest Age
Pada masa inin aktivitas olahraga sangat menurun ,adapaun bentuk aktifitas untuk masa  ini sangat tua ini.:
a. Melakukan gerakan mudah contohnya berjalan
b. Senam jantung sehat (kalau memungkinkan)

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa.
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child  Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu;
1.      memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
2.      memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,
3.      memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan,
4.      meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
MENGGUNTING
Gunting berguna untuk melatih anak agar mampu menggunakan alat, dan melatih keterampilan  memotong objek gambar. Hal ini membantu perkembangan motorik, latihan keterampilan, sikap,
Keterampilan yang akan didapat oleh anak antara lain; keterampilan mengoperasikan alat gunting untuk memotong kertas, keterampilan memotong di tempat yang benar, kecermatan mana yang harus dipotong dan mana yang tidak boleh dipotong, dan ketahanan mengerjakan memotong dengan waktu yang relatif lama bagi anak.
Sikap anak didapatkan melalui suka atau tidak suka  dengan hasil potongan yang telah ia lakukan untuk ditempatkan (dipasang pada tempat yang telah disediakan). Setelah ia potong sebelum dibubuhi lem ia coba pasang pas atau tidak, bagus atau tidak, salah atau benar. Dari beberapa hal yang telah ia lakukan tentu akan melatih sikap anak terhadap yang ia lakukan dan tata cara yang harus dijalankan.
Apresiatif didapatkan dari penanaman sikap, keterampilan, pengalaman berkarya, pengetahuan dalam memadukan guntingan kertas, dan pewarnaan hasil karyanya. Maka ia akan memiliki rasa menghargai, menyayangi, dan memelihara paling tidak karya yang telah ia dapatkan atau karya temannya.
Gambar yang akan digunting oleh anak sudah mempunyai batas yang telah dirancang oleh penggambar. Yaitu garis yang membatasi gambar atau kontur bidang. Kegiatan menggunting dapat dilakukan dengan cara menggunting di luar objek gambar yang diwarnai dengan jarak kira-kira 1mm sehingga ruang warna tidak dikurangi dan tidak ada kelebihan kertas putih. Objek gambar yang diwarnai dengan media kering akan tidak banyak memiliki kesulitan pada waktu pengguntingan karena kertas tetap dalam keadaan kering sehingga langsung dapat dipotong dengan menggunakan gunting. Objek gambar yang diwarnai dengan media basah akan lebih sulit pemotongannya. Maka harus ditunggu sampai gambar tersebut sampai kering benar, karena kertas yang lembek akan gampang sobek bila digunting.
Melihat perkembangan anak, kita dapat mengatakan  bahwa semakin besar anak, semakin besar juga keingintahuannya, seperti halnya pada perkembangan fisik motorik anak pada saat menggunting maka dapat kita katakan anak memiliki keingintahuan dengan permainan menggunting dan biasanya anak bertanya “Bu, ini apa?” tanya seorang anak yang bernama Amira, tangan seorang menunjuk gunting yang tergeletak disamping kanannya. “Namanya gunting, gunanya untuk menggunting kertas, tetapi harus hati-hati memakainya, bagian ujungnya tajam, nanti kamu bisa terluka” jawab sang guru. Mendengar penjelasan itu, si anak terlihat antusias dengan benda yang baru dikenalnya. Sejak saat itu anak tersebut merengek meminta gunting untuk memotong kertas. Biasanya kita akan kawatir tiap kali anak meminta gunting tapi sampai kapan kita harus melarang anak bermain dengan gunting, kita harus mengajarinya sambil mengawasi anak.
Si anak pun sangat senang dengan kegiatan barunya, menggunting. Ketika menggunting terlihat anak itu sangat serius sekali, tangan kecilnya perlahan menggerakan gunting, matanya terlihat bergerak mengikuti gerakan gunting. gurunya melihat, ia begitu asyiknya. Anak itu bisa berlama-lama menggunting dan ternyata ia semakin mahir, ia belajar bahwa tidak hanya kertas yang bisa diguntingnya. “Bu, rumput ini boleh digunting ga?” , “Bunda, rambutku  boleh gunting sendiri ga?” beberapa kali Amira memberitahukan apa yang akan diguntingnya, tetapi adakalanya ketika guru lengah hampir saja Amira menggunting kain seprai, buku, koran. “eitt, yang itu ga boleh digunting, masih dipakai sayang” seru sang guru saat itu dan terlihat wajah Amira terkaget-kaget. Waduh bahaya ni…
“Bu, aku punya hadiah buat bunda” ucapnya riang sambil memberikan lingkaran kertas menyerupai gelang. “Ini gelang buat bunda sedang yang itu punya aku”. Amira sangat bangga dengan hasil karyanya. “Wah, bagus sekali gelangnya, makasih sayang” ucap guru lembut dengan sangat ramah. Amira pun langsung jingkrak-jingkrak senang. Walaupun sobekan kertas ada dimana-mana, walaupun dinding pintu tertempel macam-macam, yang penting Amira bisa berimajinasi, berkreasi.
Bijak Melarang
Menurut Emmy Soekresno, pendiri dan konsultan Jerapah Kecil Smart Start, ketertarikan anak menggunakan gunting pada usia dini biasanya disebabkan karena sering melihat orang dewasa atau anak yang lebih besar menggunakannya. Mungkin dia melihat neneknya yang menggunting kain untuk dijahit, baby sitter menggunting kardus susu, kapster memotong rambut Mama, atau kakak menggunting kertas origami, sehingga ia penasaran untuk ikut mencoba menggunakan benda ”ajaib” yang bernama gunting.
Bijakkah orangtua yang melarang anaknya bermain gunting? Tahukah Anda, bahwa melarang anak bermain gunting berarti menghambat perkembangannya? Menurut Kimberly Wiggins dalam The Importance Teaching Your Child How to Use Scissors:
Manfaat Serta Hal Yang Di Kembangakan Oleh Anak Dalam Mengunting
1. Menguatkan otot-otot telapak tangan anak karena melakukan gerakan membuka dan menutup tangan. Otot yang kuat akan membantu anak saat menggunting, mememegang kertas, atau memegang sesuatu dengan menggenggam, seperti memegang pasta gigi, sendok, maupun garpu.
2. Meningkatkan kordinasi mata dengan tangan karena saat menggunting pandangan harus selalu mengikuti gerakan tangan yang memegang gunting. Hal tersebut merupakan pekerjaan yang sulit karena otak harus bekarja dalam dua sistem. Kordinasi mata dan tangan yang bagus akan memudahkan anak juga saat mereka melakukan kegiatan menggunting sehingga hasil dari potongan yang di dapat akan baik dan menggunting sesuai dengan pola yang ada.
3.Mendorong anak untuk menggunakan kordinasi bilateral pada waktu yang bersamaan. Misalnya pada saat anak menggunting lingkaran, maka satu tangan akan memegang kertas, sementara yang tangan satunya membuka dan menutup gunting dan mulai memotong. Kordinasi bilateral (menggunakan dua tangan dimana masing-masing tangan melakukan pekerjaan yang berbeda) dilakukan anak setiap hari.
Alasan Kenapa Gambar Yang Akan Digunting Garis Diberi Warna
Alasan kami memberikan warna dalam gambar/pola yang akan digunting karena :
1.      Warna luar pada garis batas gambar (pola garis) berfungsi sebagai pemisah dan kami menggunakan warna merah agar gambar terlihat lebih menarik bagi anak sehingga anak akan menyenanginya dan tertarik dalam permainan menggunting.
2.      Warna hitam pada pola garis berfungsi sebagai tanda bahwa garis itulah yang nantinya akan di gunting oleh anak.
3.      Dan kami menggunakan warna biru pada gambar geometri agar anak juga tertarik dan senang pada gambar itu sehingga merasa senang dalam menggunting.
4.      Sedangkan warna hitam pada garis luar juga digunakan sebagai penanda agar anak hanya menggunting yang berwarna hitam dengan tepat.
Tips Aman Belajar Menggunting
Jika anak dilarang melakukan sesuatu, biasanya menumbuhkan rasa penasaran dan keingintahuan yang besar. Bahkan, mereka akan mencoba melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Daripada itu terjadi, lebih baik ajari anak menggunakan gunting dengan cara yang benar. Namun mengingat bahaya yang bisa ditimbulkan dari penggunaan benda tajam seperti gunting, pisau, cutter, maka berikan penjelasan juga mengenai resiko yang bisa terjadi jika gunting digunakan dengan cara yang tidak benar.
1. Berikan sesuai dengan usia. Menurut Tara Colder OTR/L dalam Developong Coordination for Scissors Skills, perkembangan kemampuan menggunting dimulai dari usia 1,5 tahun. Untuk tahap awal, berikan gunting plastik yang tidak tajam, namun bisa memotong kertas. Namun seiring dengan usia, gunting plastik menjadi tidak menarik karena kurang menantang. Berikan gunting tajam yang ujungnya tumpul dan tetap berikan pengawasan saat memakainya.
2. Ajarkan cara memegang gunting yang benar. Tunjukkan jari apa saja yang bekerja dan bagaimana cara menggerakkan gunting supaya bisa memotong yang benar. Dasar pengetahuan ini sangat penting untuk menghindari kecelakaan saat menggunakannya.
3. Berikan teknik menggunting dari yang paling dasar. Mulailah dari menggunting garis lurus, kemudian meningkat dengan garis lengkung dan mengikuti alur serta bentuk gambar.
4. Ajarkan sikap yang benar saat memegang gunting. Mintalah si kecil untuk selalu duduk saat menggunting, mematikan televisi supaya tidak mengganggu konsentrasi pandangan mata, dan tidak berlarian membawa gunting sambil mengacung-acungkan pada orang lain.
5. Sampaikan bahwa dia hanya diijinkan menggunting kertas, bukan uang, rambut, taplak maupun sprei. Letakkan kertas-kertas yang boleh digunting di tempat yang mudah dia jangkau.
6. Tunjukkan resikonya. Selain mengetahui tentang fungsi dan manfaat gunting, anak juga perlu mengetahui resiko atau bahaya yang bisa ditimbulkan jika gunting digunakan tidak sebagaimana mestinya. Tunjukkan secara konkret ketajaman gunting yang bisa memotong kertas, tali, maupun rambut. “Hati-hatilah saat menggunakan gunting, jika sembarangn memakai, ketajamannya bisa melukai kulit kita!”
7. Berikan supervisi. Apapun jenis gunting yang dipegang, orangtua harus tetap mengawasi karena membiarkan anak kecil “bersenjata” adalah kondisi yang tidak aman. Dia bisa membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri.
8. Berikan pujian pada setiap kemajuan yang dialami anak. Meskipun hasil guntingan anak belum rapih, berikan pujian sebagai penghargaan atas usahanya. Dorong dan berilah motivasi bila anak masih mengalami kesulitan.
9. Simpanlah gunting maupun benda tajam yang lain di tempat yang aman supaya tidak mudah dijangkau anak-anak tanpa sepengetahuan kita.
Mengingat banyaknya manfaat yang akan diperoleh, latihlah si kecil menggunakan gunting sejak dini untuk meningkatkan ketrampilan motorik halus dan juga kemampuan intelektualitasnya. Jangan tunda-tunda atau anak akan terhambat perkembangannya
Aspek yang di kembangkan oleh anak yaitu :
KOORDINASI
Pada gambar jelas terlihat aspek perkembangan fisik motorik yang di kembangkan oleh anak adalah koordinasi antara mata dan tangan karena saat menggunting pandangan anak selalu mengikuti gerakan tangan yang memegang gunting. Hal tersebut merupakan pekerjaan yang sulit karena otak harus bekerja dalam dua sistem. Kordinasi mata dan tangan sangat membantu karena dengan koordinasi yang dimiliki dapat memudahkan saat mereka melakukan kegiatan menggunting sehingga hasil dari potongan yang di dapat akan baik dan menggunting sesuai dengan pola yang ada. Tetapi koordinasi mata dan tangan yang dimiliki Mei dan Salsa belum begitu baik karena belum terlatih dan pada saat menggunting itu adalah pertama kali mereka mendapat gambar yang berpola sehingga hasil potongan menggunting terlihat belum sempurna. Koordinasi yang belum matang itu dapat dilihat dari hasil potongan yang telah digunting oleh anak itu.
Pada saat Mei dan Salsa menggunting juga terjadi koordinasi, dimana koordinasi itu merupakan Koordinasi Bilateral pada waktu yang bersamaan. Koordinasi Bilateral ini terjadi pada saat mereka menggunting gambar, dimana satu tangan akan memegang kertas, sementara yang tangan satunya membuka dan menutup gunting dan mulai memotong. Kordinasi bilateral (menggunakan dua tangan dimana masing-masing tangan melakukan pekerjaan yang berbeda). Dengan demikian jelas terlihat bahwa menggunting sangat baik untuk meningkatkan perkembangan fisik motorik anak terutama pada aspek koordinasi mata dan tangan serta aspek koordinasi bilateral anak.
RENCANA KEGIATAN HARIAN
Kelompok                   : B
Semester / minggu       : I / 1
Tema / sub-tema          : diri sendiri / aku
Hari / tanggal              :
INDIKATOR :
  • Nilai Agama dan Moral
  1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
  2. Berpakaian yang rapi dan sopan
  3. Mengerjakan tugas sampai selesai
  • Bahasa
  1. Menyanyikan lagu anak
  2. Berinteraksi dengan teman
  3. Menyebutkan nama gambar yang ada
  • Kognitif
  1. Memikirkan bagaimana cara menyelesaikan tugas
  2. Memikirkan cara menggunting sesuai dengan gambar yang ada
  • Fisik Motorik
  1. Mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan
  2. Menggunakan motorik halus dalam menggunting
  3. Melatih koordinasi anak saat menggunting
KEGIATAN PEMBELAJARAN :
  • Pembukaan
  1. Memperlihatkan gambar geometri serta garis yang ada yang ada
  2. lagu pembuka
  3. doa
  4. makan bersama
  5. menggosok gigi (toilet training)
  • Inti
CONTOH PERMAINAN
MENGGUNTING GAMBAR GEOMETRI/GARIS
1.      Persiapan :
a.       Menyiapkan tempat yang nyaman untuk anak
b.      Menyiapkan berbagai gambar geometri seperti lingkaran, segitiga, segi empat, ataupun gambar garis seperti garis lurus, garis lengkung dan garis membentuk petir.
2.      Cara Bermain

SECARA KELOMPOK
a.            Anak dibagi menjadi beberapa kelompok (1 kelompok kira-kira 3-4 orang anak).
b.            Berikan kepada setiap kelompok 3-4 gambar sesuai dengan jumlah anak tiap kelompok
c.            Berikan gunting kepada anak serta mengawasi dalam menggunakannya
d.           Beri contoh pada anak cara menggunting gambar
e.            Kemudian anak di berikan tugas untuk menggunting gambar kemudian menggunakannya. Dengan menyiapkan bahan-bahan :
a.      Gambar yang akan di gunting
b.      Gunting
c.       tempat untuk kertas yang selesai di gunting
f.             Anak ditugaskan untuk menggunting gambar secara estapet jika temnnya telah selesai menggunting gambar maka dilanjutkan ke teman selanjutnya sehigga anak bisa saling berinteraksi dengan temannya.
g.            Saat bekerja dapat diiringi dengan mendengarkan music agar anak senang dan tidak merasa bosanr anak senang dan tidak merasa bosan.
SECARA INDIVIDU
a.       Menyiapkan gambar yang akan di gunting yang sesuai dengan tingkat kecerdasan anak yang dilihat dari usia.
b.      Pilihlah tingkat kesulitan yang sesuai untuk usia anak. Gambar yang ada tersedia dalam tingkat kesulitan yang berbeda.
c.       Berikan kepada anak satu atau dua buah gambar
d.      Berikan gunting kepada anak serta mengawasi dalam menggunakannya
e.       Beri contoh pada anak cara menggunting gambar
f.       Minta anak untuk mencoba melakukannya
g.      Berikan pujian jika anak berhasil menggunting dengan baik
h.      Apabila anak masih ingin bermain, ulangi lagi permainan dan boleh menggunakan gambar lain.
  • Penutup
  1. recalling
  2. doa
  3. penutup

Lembar Penilaian Observasi
Menggunting Gambar Geometri/Garis

NO
NAMA
ASPEK YANG DINILAI
KETEPATAN
KEAKTIFAN
KERAPIAN








































Rubrik Penilaian
  1.  Ketepatan
: Anak menggunting tidak beraturan/asalasalan
                        : Anak menggunting walaupun masih banyak yang salah
                        : Anak menggunting dengan baik walaupun masih ada beberapa yang keluar garis
                        : Anak menggunting dengan baik dan sudah tidak keluar garis
2.      Keaktifan
                        : Anak diam saja
: Anak hanya mau terlibat dalam pembelajaran menggunting dengan motivasi guru
                        : Anak aktif dalam pembelajaran menggunting
                        : Anak mampu dan aktif dalam menanggapi pernyataan dan arahan guru
3.      Kerapian
                        : Dalam memakai seragam sekolah belum rapi
                        : Dengan bantuan guru merapikan pakaian yang dipakai
                        : Sudah rapi dalam memakai seragam sekolah
            : Mampu merapikan pakaian seragamnya sendiri dan dapat memakai sendiri                dengan benar

DAFTAR PUSTAKA
Masitoh, M.pd dkk (2005) Pendekatan Belajar Aktif Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Andriana dian (2011) Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak, Denpasar : Salemba Medika
Kresnawan dkk (2006) Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal, Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jendral Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak (2012) Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi, Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Suyanto, Slamet Dkk (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

PENUTUP
SARAN
Jika ada saran / kritikan lain dalam pembuatan makalah saya ini maka saya sangat berterima kasih dalam membumbing serta membantu saya untuk memperbaiki makalah ini, karena saya
hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

KESIMPULAN
Ketertarikan anak menggunakan gunting pada usia dini biasanya disebabkan karena sering melihat orang dewasa atau anak yang lebih besar menggunakannya. Mungkin dia melihat neneknya yang menggunting kain untuk dijahit, baby sitter menggunting kardus susu, kapster
memotong rambut mama, atau kakak menggunting kertas origami, sehingga ia penasaran untuk ikut mencoba menggunakan benda ”ajaib” yang bernama gunting.
Jika anak dilarang melakukan sesuatu, biasanya menumbuhkan rasa penasaran dan keingintahuan yang besar. Bahkan, mereka akan mencoba melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Daripada itu terjadi, lebih baik ajari anak menggunakan gunting dengan cara yang benar. Namun mengingat bahaya yang bisa ditimbulkan dari penggunaan benda tajam seperti gunting, pisau, cutter, maka berikan penjelasan juga mengenai resiko yang bisa terjadi jika gunting digunakan dengan cara yang tidak benar.
Mengingat banyaknya manfaat yang akan diperoleh, latihlah si kecil menggunakan gunting sejak dini untuk meningkatkan ketrampilan motorik halus dan juga kemampuan intelektualitasnya. Jangan tunda-tunda atau anak akan terhambat perkembangannya

1 komentar: