Minggu, 14 Juli 2013

PAHLAWANKU, GEBETANKU

Karya Nesya Puspita Putri

Satu hari menuju hari H, dimana beberapa ajang perlombaan seperti lomba mading, Qari, film pendek, ceramah dan puisi akan diselenggarakan antar kelas jurusan itu. Film sudah selesai, Misya tinggal mempersiapkan diri untuk tampil dalam perlombaan puisi yang bertemakan ‘Cinta’. Misya membuat dua puisi, yang satu bertema tentang cinta pada ibu dan yang satu lagi bertema cinta yang didasari keimanan pada seorang pria. Misya bingung dibuatnya, teman-teman ada yang mengusul tentang cinta pada ibu dan ada juga yang mengusul tentang cinta pada pria. Dan akhirnya misya memilih tema cinta pada ibu. Yang menurutnya emosinya akan memuncak saat klimaks dari puisi itu dimulai dan misya sudah mempersiapkan sedikit koreo sederhana yang mendukung puisi itu. saat ia datang ke aula kampus, disana ada beberapa panitia yang sedang menata panggung. Disana Misya bertemu Yessi, ternyata misya mengikuti lomba puisi juga. Lawan yang menurut Misya berat. Yessi melihat film pendek yang kemarin Misya buat.
“Sya, Fatin banget nih ekspresinya” Yessi melirik Misya yang sedang memperhatikan film itu. fatin adalah salah satu finalis X Factor. Ya, banyak yang bilang Misya mirip Fatin Shidqia. Mungkin mirip selewat dari beberapa ekspresi. Tapi banyak banget deh yang bilang.

Pahlawanku, Gebetanku
Keesokan harinya, sepulang kuliah semua mempersiapkan diri pada tanggung jawabnya masing-masing. Misya meminta Arman untuk mengiringi puisinya dengan gitar, agar suasana lebih hidup dan lebih menghayati. Dan Arman pun setuju. Setelah sholat dan merapihkan diri, Misya menuju aula tempat terselenggaranya acra itu. Melihat beberapa kontestan yang tampil dengan pakaian dan dan-danan yang mencolok mebuat Misya merengkutkan keningnya. Ih, pake dan-dan segala ya. Misya yang sederhana aja nih sendiri (gumam Misya dalam hati). setelah duduk beberapa lama....
“sya, ayo kita latihan dulu.” Panggil seorang cowok. Misya pun menoleh dengan cepat
“oh iya man, tunggu.” Jawab Misya pada Arman.

Mereka latihan diluar aula, beberapa kali terjadi kesalahan nada tapi mereka terus berlatih dan mendapatkan nada yang sesuia. Mereka kemudian masuk kembali ke aula. Rasa deg-degan, bingung, gerogi, campur aduk didada Misya. Bagaimana tidak? Misya membawa nama baik kelas untuk perlombaan ini. Mudah-mudahan lancar. Amiin (gumam Misya dalam hati). Beberapa waktu lagi giliran Misya, misya langsung calling Arman untuk bersiap-siap. Permasalahan besar datang, saat gitar tak ditemukan. Entah siapa yang membawanya. Arman berusaha mencarinya, Misya yang setengah mati bingung dibuatnya. Beberapa pasang mata tertuju pada Misya termasuk teman-teman sekelasnya. Misya kewalahan, dan tak tahu harus berbuat apa. Misya menenangkan diri dengan duduk rileks di kursi kontestan dan menunggu gilirannya tiba. Orang-orang menatap Misya seakan menghakiminya. Aula yang begitu besarnya seketika menciut mengecilkan diri dan membuat sesak nafas luar biasa pada Misya. Akhirnya Misya memundurkan nomor urutnya. Satu, dua kontestan telah tampil dan ini saatnya giliran Misya. Alhamdulillah saat detik-dtik terakhir Arman berhasil mendapatkan benda itu, benda yang membuat Misya bingung setengah mati.

Misya memancing agar air matanya dapat keluar sebelum naik ke atas panggung. Tapi mengapa itu tidak berhasil?jengkel Misya dalam hati.akhirnya Misya tampil, suasana hening mendukung segala penghayatan Misya.

KASIH SAYANGMU

Ku terbungkam.....
Ketika gelisah itu datang menyapa hidupku
Entah apa yang ku pikirkan
Semua kosong, gelap gulita
Seakan tak ada mimpi yang wajib ku wujudkan
Ibu....
Kau hadir dalam dingin yang mengikis
Dalam jeritan tangis yang merintih
Dalam sesak yang mencekam, kemudian....
Saat ku terjatuh, saat jiwaku runtuh
Kau membangunnya kembali
Dengan pondasI terkuat
Dan kasih sayang Yang tak terkalahkan
Kau genggam tanganku
Seolah tak ingin melepaskanku
Ku ingin melangkah ditempatmu berpijak
Ku ingin berteduh ditempatmu bernaung
Tapi sesaat kemudian
Ku mendapati dirimu terbujur kaku dihadapanku
Ingin kuucap sesuatu, namun lidahku terlalu kelu
Air mataku meleleh membentuk anak sungai dipipiku
Dosakah aku yang selalu mebantah perkataanmu?
Dosakah aku yang selalu menyakiti hatimu?
Atau mungkin sampai membuatmu menangis
Dalam sujudmu karena perlakuanku?
Hanya do’a yang bisa ku lantunkan
Keikhlasan yang selalu ku genggam
Kekuatan yang selalu jadi tumpuan
Dan cinta yang menjadi nafas hidupku sampai akhir hayatku

Pancingan tangis yang dilakukan Misya tidak berhasil tadi, tapi saat Misya menghayati kata demi kata, bait demi bait dari puisi itu, dan di dukung dengan suasana hening juga sorot mata tajam para penonton. Dan akhirnya bulir-bulir air mata menetes membasahi pipinya. Setetes demi setetes mengalir lembut, tapi lama-lama jadi mengalir deras. Arman berhasil mengiringi dengan gitar membuat kesempurnaan pada sebuah alunan puisi itu. serentak panggung menjadi bagian dari Misya, para menonton, dekkorasi-dekorasi panggung yang didominan berwarna biru yang bergantung seakan mendukungnya dalam kebisuannya. Usai membacakan puisi, gema tepuk tangan menggetarkan hati Misya dan memecah belah aula yang beberapa waktu lalu nampak hening. Bulir air mata Misya tak kunjung mengering, malah semakin deras dibuatnya. Misya pun turun, Arman menenangkan Misya sejenak dan nampak memberikan beberapa lelucon, yang sejujurnya tak ada letak kelucuannya bagi Misya. Tapi Misya tersenyum, walau masih diselimuti tangisnya. Penonton memalingkan wajah pada Misya yang masik terisak-isak dikursi kontestan. Misya sangat berterimakasih pada Arman, mungkin kata terimakasih saja tidak cukup untuk membayar semua ini. Arman seperti super hero yang datang saat Misya membutuhkan bantuan.
“Subhanalloh, penghayatan kamu bagus sya.” Hibur Muthia
“Makasih mut, misya coba kasih yang terbaik diatas panggung. Bagus atau nggaknya itu sih penilaian orang lain.”
“tapi beneran, bagus banget penampilan kamu. Hampir-hampir aku nangis, untung aku tahan” Puji mut pada Misya.

Misya tersenyum mendengarnya, lalu ia menghampiri kursi penonton. Dimana hp-nya ada ditemannya. Rasa kesal menyelimuti Misya, ternyata penampilan Misya tak terekam dengan hp-nya. Kesal Misya mendengar itu, tapi misya mencoba bersikap biasa saja.
“Maaf sya, ga kerekam hp kamu. Salah pencet” ujar Ana yang nampak merasa bersalah pada Misya.
“iya ga apa-apa” Lirih Misya, walau dalam hatinya ada kekesalan yang mendalam.
“Maaf juga kita-kita ga rekam kamu. Kita semua fokus liatin kamu tampil di depan sampai lupa rekam. Aku hampir nangis gara-gara kamu.”
“hehehe lebay, iya ga apa-apa ko. Gimana penampilannya?” tanya Misya ragu
“Bagus sya, dapet banget penghayatannya deh, beneran.” Puji Nuri, mungkin untuk menghibur Misya.
“alhamdulillah makasih ri, misya ga berharap menang yang penting misya tampil maksimal.” Ungkap Misya

Perlombaanpun usai sudah, tinggal penayangan film pendek. Dari kelas A sampai kelas C ditanyangkan filmnya. Saat Film kelas Misya diputar, Misya sedikit membungkuk ditempat duduknya. Aduh, suer deh malu banget. Gumam Misya dalam hati.
“hahahaha cie.......”teriak salah satu penonton saat adegan Arman tertabrak motor dan Misya menghampirinya.
“Misya cocok deh sama Arman. Kamu yang bawel dan Arman yang pendiam, jadi klop gitu.hahaha” celetuk Nuri
“ih, nagco aja. Film itu mah, da bukan nyata. Kalau ngerasa kita cocok ya bagus dong, misya sama Arman jadi partner yang profesional memainkan perannya. Hahaha” canda Misya pada temannya
Pemenang pun diumumkan, Misya tidak mendapatkan juara. Tapi ia tetap bangga karena sudah berani tampil dan berusaha memberikan yang terbaik diatas panggung. Usai acara selesai, Misya, Lia, dan Rossy pergi mencari pecel ayam. Misya akhirnya makan nasi juga sejak dari pagi ia belum makan apa-apa. Padah ia punya penyakit magh. Setelah makan, mereka ke kotsan Rossy. Tapi Lia pulang, Misya ke kotsan Rossy untuk numpang beristirahat sejenak. Magh menyerang perut Misya saat itu, Misya bingung kalau pulang dengan keadaan seperti ini takut membuat keadaanya semakin parah. Dan akhirnya Misya memutuskan untuk merebahkan tubuhnya sejenak di kotsan. Lalu sholat ashar dan kemudian merebahkan tubuhnya kembali keatas kasur. Rasa sakit yang tak terhankan, lama-lama Misya pun tertidur dengan posisi meringkuk menahan rasa sakitnya.

Waktu menunjukan pukul 06.40 malam, Misya terlonjak kaget saat melihat jam. Misya langsung sholat magrib dan siap-siap untuk pulang. Tapi ia teringat sesuatu
“sy, kali aja Arman belum pulang. Misya sms ah mau minta nebeng, kan sejalur rumahnya sama misya.” Ucap Misya pada Rossy
“iya sya, sms aja. aku juga khawatir sama keadaan kamu. Nih bodypack Arman juga masih ada di aku. Nih ada helm Kintan juga disini da ga kepake sekarang mah. Jadi pake aja sama kamu, besok dibalikin lagi” usul Rossy

Misya pun segera sms Arman, dan akhirnya dia bersedia mengantar Misya pulang. Beberapa lama kemudian Arman tiba di depan gerbang kotsan, Misya dan Rossy pun menghampiri.
“Man, maaf ya ngerepotin. Kalau misya ga tiba-tiba sakit mah dari tadi sore juga udah pulang bareng Lia” ucap Misya dengan laun
“oh iya ga apa-apa ko. Kasihan juga Misyanya kalau pulang sendiri, sekalian Arman pulang juga kan.”
“iya makasih, ini aja baru bangun tidur man.”
“pantesan mukanya belum berbentuk. Hehehe” canda Arman
“wah songong, abstrak gitu maksudnya?”
“hahaha peace....”

Malam itu pertama kali Arman mengantar pulang Misya, dan Misya mengarahkan jalannya.
“awas jangan pingsan, ntar kalau pingsan Arman ga mau gotong. Hahaha”
“dih ko gitu? Jahat benerrrrrr”
“diderek dibelakang angkot aja. Hahaha”
“dih nyebelih, ogah deh. Tenang ga akan pingsan. Paling ngegubrag. Hahaha”

Percakapan mereka sepanjang jalan membuat waktu berlalu dengan cepat, dan akhirnya mereka sampai.
“makasih ya man, maaf ngerepotin. Oh iya, ini bawa helm Kintan. Misya takutnya besok ga kuliah gara-gara sakit.”
“iya, sama-sama. Yauda sini. kuliah atuh, sembuh da besok juga”
“ amiin... makasih man.” Ucap Misya pada Arman dengan senyuman tanda terimakasih
“ sama-sama. Yauda Arman pamit dulu. Assalamualaikum.”
“waalaimisyamsalam” jawab misya
Beberapa hari setelah acara lomba itu. iseng-iseng Misya Upload film pendeknya ke fb, dan menulis cerpennya tentang film CDD (Cinta Dalam Misyam) itu. setelah selesai mengangkat film pendek itu menjadi cerpen, Misya sms Arman untuk memberitahukannya.
Assalamualaimisyam
Man, misya bikin cerpen dari film pendek kita kemarin lho

Beberapa lama kemudian Arman membalas sms Misya.
Waalaimisyamsalam
Wah, iya? Boleh baca dong.

Misya langsung membalasnya lagi.
Iya boleh, nanti misya pindahin datanya ke FD misya.
Entah mengapa saat pembuatan cerpen itu seperti ada Chemistery yang lain, dimana Misya tersenyum-senyum melihat adegan per adegan pada film itu. Misya jadi di gosipin sama teman-teman sekelasnya dengan Arman. Entah apa yang terjadi, semua ledekan teman-temannya itu selalu saja terngiang ditelinganya. Misya teringat dengan Lia, dulu dia yang selalu Misya ledek dengan Arman. takut kalau Lia beneran suka sama Arman. Dan yang lebih aneh, Misya senyum-senyum sendiri. Misya bingung dengan semua ini. Ah, mungkin hanya terbawa suasana karena film kemarin aja. Jadi misyanya kayak gini (sanggah Misya dalam hati). Walau begitu, Misya sering curhat tentang Arman pada sepupunya yang bernama Anggra yang sama-sama tinggal dirumah neneknya. Hari ke hari Misya semakin aneh dengan hatinya. Dari mulai Misya menulis cerpen itu, ia sedikit demi sedikit berubah. Misya berubah jadi lebih feminim, lebih anggun, dan lebih islami. Malah sekarang ia berniat untuk tidak pacaran. Apa semuanya karena sosok Arman?

Tapi Misya sanggah perasaan itu, karena dia hanya ingin menganggap Arman sahabatnya saja. karena dia tidak mau dibilang penghianat oleh sahabatnya sendiri.

PROFIL PENULIS
Nama: Nesya Puspita Putri
TTL: Bandung, 3 Juni 1994
Hobi: Menulis
Alamat: Jl. Buah Batu Gang Babakan Wates 3 No.29
Pekerjaan: Mahasiswi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar