Pada tanggal 
12 Mei 1962, Tepatnya 3 tahun sebelum Ia memperoleh gelar doktor 
Ingineurnya, Ia menikahi wanita pujaan hatinya. Adalah Hasri Ainun 
Habibie, wanita yang meluluhkan hati mantan presiden Indonesia ini. Ia 
dikaruniai 2 orang putra masing-masing bernama Ilham Akbar dan Thareq 
Kemal.
 
 Kisah cinta B.J Habibie dan Ibu Ainun dimulai ketika 
mereka berdua duduk dibangku SMA. Dulunya mereka berdua adalah juara 
kelas yang sangat bersinar. Ibu Ainun muda merupakan gadis tomboy yang 
pintar, sama halnya dengan B.J Habibie. Melihat cemerlangnya prestasi 
siswa dan siswi tersebut, guru mereka akhirnya mencoba untuk menjodohkan
 mereka, tetapi hanya dianggap biasa-biasa saja oleh B.J Habibie.
 
 Ibu Ainun yang terkenal sebagai promadona sekolah ternyata tidak mampu 
menggetarkan hati Pak Habibie muda pada waktu itu. Baru ketika pulang 
dari luar negeri setelah menempuh pendidikannya, Habibie baru menyadari 
pesona Ibu Ainun muda ketika berkunjung ke rumah temannya yang kebetulan
 adalah kakak dari Ibu Ainun. Pada waktu itu, Ia melihat Ibu Ainun muda 
mengenakan kaos kasual dipadu celana jeans. Beliau kemudian berkata, 
"Ainun, mana mungkin gula merah berubah menjadi gula pasir". (Silahkan 
anda interpretasikan sendiri kalimat tersebut).
 
 Kisah berlanjut
 hingga membawa mereka berdua duduk bersama di pelaminan. Bapak B.J 
Habibie kemudian beryukur dalam do'anya: "Terima kasih Yaa Allah. Engkau
 telah lahirkan aku untuk Ainun dan Ainun untuk saya. Terima aksih Yaa 
Allah. Engkau pertemukan aku dengan Ainun dan Ainun dengan saya." 
(dikutip dari wawancara beliau dalam sebuah talk show di TV lokal). 
 
 Ibu Ainun Meninggal Dunia
 Berita duka menyelimuti keluarga besar bapak B.J Habibie atas 
meninggalnya orang yang sangat berpengaruh baginya. Pada hari Minggu, 23
 Mei 2010 pukul 17.00 waktu Jerman. Istri bapak B.J Habibie, Ibu Hasri 
Ainun menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Ludwig-Maximilians 
Universitat Klinikum Gro Hadern, Munich, Jerman. Beliau meninggal karena
 sakit dan tutup usia di umur 72 tahun.
 
 Kesedihan tidak hanya 
melanda seluruh keluarga besar bapak Habibie, namun seluruh rakyat 
Indonesia turut merasakannya. Ini merupakan sebuah takdir yang telah 
digariskan oleh yang kuasa dan tidak satupun manusia yang bisa mengelak 
karena segala sesuatu yang ada didunia ini hanyalah miliknya. Cinta, 
kasih sayang, dan kebahagiaan di dunia ini hanya bersifat sementara. 
Bagaimanapun juga, cepat atau lambat, kita semua akan kembali 
ke-sisinya. Ini merupakan hal yang mutlak terjadi, entah kapan waktunya.
 
 Kepergian Ibu Ainun benar-benar membuat hati bapak B.J Habibie 
menangis. Orang yang mengisi hari-harinya dalam suka dan duka kini telah
 tiada, Ia telah pergi untuk selama-lamanya, kembali kepada maha 
pencipta, maha memiliki. Namun kenangan manis yang pernah Ia torehkan 
tidak akan pernah dilupakan. Semuanya terekam indah dalam memori bapak 
Habibie. Sebagai bukti cintanya, bapak Habibie kemudian menuliskan 
sebuah surat yang mencitrakan bagaimana perasaannya setelah kepergian 
Ibu Ainun. Berikut isi suratnya:
 
    Sebenarnya ini bukan 
tentang kematianmu, bukan itu.Karena, aku tahu bahwa semua yang ada 
pasti menjadi tiada pada akhirnya,dan kematian adalah sesuatu yang 
pasti,dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu 
itu.Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,adalah kenyataan 
bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri 
seseorang,sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa 
setengah mati,hatiku seperti tak di tempatnya,dan tubuhku serasa kosong 
melompong, hilang isi.Kau tahu sayang,rasanya seperti angin yang 
tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.Pada airmata yang jatuh kali 
ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,pada kesetiaan yang telah kau
 ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,aku bukan hendak 
mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.Mereka mengira aku 
lah kekasih yang baik bagimu sayang,tanpa mereka sadari, bahwa kaulah 
yang menjadikan aku kekasih yang baik.mana mungkin aku setia padahal 
memang kecenderunganku adalah mendua,tapi kau ajarkan aku kesetiaan, 
sehingga aku setia,kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu 
mencintaimu seperti ini.Selamat jalan,Kau dari-Nya, dan kembali 
pada-Nya,kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.selamat 
jalan sayang,cahaya mataku, penyejuk jiwaku,selamat jalan, calon 
bidadari surgaku ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar