MODEL
PEMBELAJARAN BELA H.BANATHY DAN BRIGGS
Dalam dunia pendidikan banyak sekali masalah yang sering kita jumpai baik
dalam rana materi ataupun prakteknya. Salah satunya yakni masalah perencanaan
pembelajaran, perencanaan pembelajaran merupakan tahapan penting yang harus
dilakukan guru sebelum mereka melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dan untuk
mencapai tujuan akhir pembelajaran. Pembelajaran bukan sekedar aktivitas rutin
pendidikan tetapi merupakan komunikasi edukatif yang penuh pesan, sistemik, prosedural,
dan sarat tujuan. Karena itu, ia harus dipersiapkan secara cermat. Perencanaan
pembelajaran adalah suatu proses pembuatan rencana, model, pola, bentuk,
kunstruksi yang melibatkan, guru, peserta didik, serta fasilitas lain yang
dibutuhkan yang tersusun secara sitematis agar terjadi proses pembelajaran yang
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses memahami beragam dokumen
normatif (Permen 22, 23, 24, lainnya) dan alternatif (buku teks atau sumber
lain) serta realitas kontekstual (siswa dan kebutuhannya), dan selanjutnya
mewujudkan hasil pemahaman itu menjadi dokumen aplikatif (silabus dan RPP) yang
siap dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah.Perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar (pasal 20 PP 19/2005).Kegiatan
pembelajaran harus direncanakan guru bersama peserta didik. Berikut ini
gambaran kerangka kerja dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan
segitiga kurikulum.
MODEL PERENCANAAN BELA H. BANATHY
Model Banathy dikembangkan pada
tahun 1968 oleh Bela H. Banathy. Model yang dikembangkannya ini berorientasi
pada hasil pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
sistem, yakni pendekatan yang didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar
mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen
yang satu sama lain harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya.
Model pengembangan system
pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah
pengembangan system pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain
ini bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup
keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para
pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta
suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi
guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus
dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam system.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan (formulate
objectives)
2. Mengembangkan tes (develop test)
3. Menganalisis tugas belajara
(analyzing learning task)
4. Mendesain sistem pembelajaran
(design system)
5. Melaksanakan kegiatan dan
mengetes hasil (implement and test output)
6. Melakukan perubahan untuk perbaikan
(change to improve)
Komponen-komponen/ langkah-langkah pengembangan tersebut di uraikan lebih
lanjut di sub bab nomer 3.
1.
Kelebihan dan Kekurangan Model Perencanaan Bela H. Banathy
Setiap model pembelajar pasti ada
kelebihan dan kelemahan masing masing. Dalam modelpembelajaran ini kelompok
kami menyimpulkan beberapa kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
A.
Kelebihan
Model Bela H. Banathy ini mempunyai beberapa
kelebihan antara lain sebagai berikut :
a.
Menganalisis
dan merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang
lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta
didik.
b.
Mengembangkan
kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai Hal ini dilakukan
agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.
c.
Menganalisis
dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang harus dipelajari
(kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan
belajar). Kemampuan awal siswa
harus dianalaisis atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang
telah mereka kuasai.
d.
Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Jadi model
ini didasarkan pada hasil test peserta didik.
e.
Langkah – langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih efektif
untuk membuatnya.
B.
Kelemahan
Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh model perencanaan Bela H. Banathy ini antara lain:
Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh model perencanaan Bela H. Banathy ini antara lain:
a. Sedikit langkah sehingga di khawatirkan akan tidak
effesien.
b. Model cenderung lebih fokus pada materi yang belum
dikuasai oleh anak didik sehingga mengabaikan materi yang sudah di pelajari
yang bisa lupa apabila tidak pernah di kaji ulang.
C.
Implementasi Langkah - Langkah Model Perencanaan Bela H. Banathy
Dalam bab I tadi sudah di terangkan bahwa dalam model Bela H.Banathy ini ada enam langkah. Langkah-langkah Pengembangan desain pembelajaran dilakukan melalui 6 langkah pengembangan sebagai berikut :
Dalam bab I tadi sudah di terangkan bahwa dalam model Bela H.Banathy ini ada enam langkah. Langkah-langkah Pengembangan desain pembelajaran dilakukan melalui 6 langkah pengembangan sebagai berikut :
1.
Merumuskan tujuan (formulate objectives)
Langkah pertama ini merupakan sesuatu pernyataan yang
menyatakan apa yang kita harapkan dari mahasiswa untuk dikerjakan, diketahui,
dan dirasakan sebagai hasil dari pengalaman belajarnya.
2.
Mengembangkan
tes (develop test)
Dalam langkah ini dikembangkan suatu tes yang
didasarkan atas tujuan yang diinginkan dan digunakan untuk mengetahui kemampuan
yang diharapkan dicapai sebagai hasil dari pengalaman belajarnya.
3.
Menganalisis tugas belajar (analyzing learning task)
Dalam langkah ini dirumuskan apa yang harus
dipelajari sehingga dapat menunjukan tingkah laku seperti yang digambarkan
dalam tujuan yang telah dirumuskan. Dalam kegiatan ini, kemampuan awal
mahasiswa harus juga dianalisis atau dinilai karena mereka tidak perlu
mempelajari apa yang telah mereka ketahui atau kuasai.
4.
Mendesain sistem pembelajaran (design system)
Dalam langkah ini ditetapkan jadwal dan tempat pelaksanaan dari masing-
masing komponen instruksional. Seluruh komponen instruksional yang telah
dirumuskan perlu ditetapkan sebagai suatu sistem pengajaran. Setelah itu perlu dipertimbangkan alternatif –
alternatif dan identifikasi apa yang harus dikerjakan untuk menjamin bahwa
mahasiswa akan menguasai kegiatan –kegiatan yang telah dianalisis pada langkah
ketiga ( hal ini di sebut oleh Banathy dengan istilah “Function analysis”).
Juga perlu ditentukan siapa atau apa yang mempunyai potensi paling baik untuk
mencapai fungsi – fungsi tersebut (disebutnya “component analysis”). Perlu
ditentukan pula kapan dan dimana fungsi – fungsi tersebut harus
dilaksanakan(disebut “design of the system”).
5.
Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test out put)
Dalam langkah ini, sistem yang sudah di desain,
sekarang dapat di uji cobakan atauo di tes dan dilaksanakan atau dikerjakan
mahasiswa sebagai hasil implementasi sistem, harus dinilai agar dapat diketahui
seberapa jauh mereka telah menunjukan tingkah laku seperti yang dimaksudkan
dalam rumusan tujuan.
6.
Mengadakan perbaikan (change to improve)
7.
Hasil – hasil yang diperoleh dari evaluasi kemudian merupakan umpan balik
(feed back) untuk keseluruhan sistem sehingga perubahan – perubahan, jika
diperlukan, dapat dilakukan untuk memperbaiki sistem intruksional.
Kendatipun 6 komponen
tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan system
pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta
pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses
pengemabnagan suatu system menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti
kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan
kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat
diterapkan dalam system sekolah.
MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN VERSI
BRIGGS
A.
PENGERTIAN MODEL
“model adalah seperangkat prosedur
yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses ,seperti penilaian kebutuhan
,pemilihan media dan evaluasi”.(Briggs ,1978: 23)
Jadi,pengertian model instruksional
adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan
instruksional.
Hasil akhir dari pengembangan
instruksional adalah suatu system instruksional ,yaitu materi dan strategi
belajar mengajar yang di kembangkan secara empiris yang secara konsisten telah
dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.
Pengembangan instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang
meliputi perencanaaan ,pengembangan dan evaluasi terhadap system instruksional
yang sedang di kembangkan tersebut sehingga setelah mengalami beberapa kali
revisi, system instruksional tarsebut dapat memuaskan hati pengembangannya.
B.
MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL
BRIGGS
Pengembangan instuksional model briggs ini berorientasi pada rancangan
system dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan
instruksional maupaun tim pengembang instruksional yang anggotanya meliputi
guru, administrator ahli bidang studi, ahli evaluasi ,ahli media dan perancang
instruksional .
Model pengembangan instruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip
keselarasan antara
a.
tujuan yang
akan di capai ,b) strategi untuk mencapainya ,dan c) evaluasi keberhasilannya
,yang dalam bahasa sehari –hari dapat di nyatakan dalam bentuk pertanyaan a)
mau kemana?
b.
bilamana sampai
tujuan?
Dengan mengutip pendapat briggs (1977), berdasrkan 3 prinsip dasar pengembangan
yang di pakai, urutan langkah kegiatan penembangan instruksional ,menurut
Briggs adalah sebagai berikut :
Mau kemana? Meliputi :
1.
Identifikasi masalah/ tujuan
2.
Rumusan tujuan dalam perilaku belajar
3.
Penyusunan materi/ silabus
4.
Analisis tujuan
Dengan apa? Meliputi :
5.
Anlisis tujuan
6.
Jenjang belajar dan strategi instruksional
7.
Rancangan instruksional (Guru)
8.
Strategi instuksional (tim peembangan instruksional)
Bilamana sampai tujuan ? meliputi :
9.
Penyusunan tes
10. Evaluasi formatif
11. Evaluasi sumatif
Jadi,
pertanyaaan “mau kemana” terjawab bila tujuan belajar telah di rinci
.Selanjutnya pertanyaan “dengan apa “ terjwab bila materi media dan kegiatan
yang akan di ambil telah di tentukan .Kemudian pertanyaan “bila mana sampai”
terjawab pula bila mana di pergunakan alat pengukur yang sesuai,yaitu memang
secara khusus di rancang untuk keperluan itu tersebut.
Berdasarkan pendapat Briggs tersebut
,secara keseluruhan model pengembangan intruksional dari briggs ,terdiri dari
langkah – langkah sebagai berikut :
1.
Identifikasi kebutuhan / tujuan
Dalam langkah
ini Briggs menggunakan pendekatan betahap 4, yaitu :
a) mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas
, b) menentukan prioritas tujuan,
c)
mengidentifikasi kebutuhan kurikulum baru ,dan
d) menentukan
prioritas remedialnya.
2.
Penyusunan
garis besar kurikulum / rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah di
tuangkan dalam tujuan – tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus di
rinci, disusun dan di organisasi menjadi tujuan – tujuan yang lebih
spesifik.
3. Perumusan tujuan
Sesudah tujuan kurikuler yang bersifat umum di
tentukan dan diorganisasi menurut tujuan yang lebih khusus,tujuan ini sebaiknya
di rumuskan dalam tingkah laku belajar yang dapat di ukur.Dianjurkan agar
perumusan tujuan mengandung lima komponen :
- Tindakan
- Objek
- Situasi
- Alat dan batasan
- Kemampuan.
4.
Analisis tugas/ tujuan
Dalam langkah ini perlu di adakan analisis terhadap tiga hal ,yaitu :
a.
Proses informasi : untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis
b.
Klasifikasi
belajar : untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang di perlukan.
c.
Tugas belajar :
untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar mengajar yang sesuai.
5. Penyiapan evaluasi hasil belajar .
Penyusunan tes dilakukan pada tahap ini karena erat kaitannya dengan
tujuan yang ingin di capai . Tes evaluasi harus sahih (valid), karena itu harus
selaras (congruen) dengan tujuannya ,apakah itu di maksudkan untuk menilai
perkembangannya (progress) seperti halnya mildtem test, tes diagnosis, seperti
pre-test untuk melihat kemampuan awal dan menentukan usaha remedialnya bila di
pandang perlu ,maupun tes akhir secara komprehensif.
6. Menentukan jenjang belajar .
Menurut urutan yang telah di analisis pada nomor 4. Briggs
mengklarifikasikan tahap ini dan tahap berikutnya (penentuan kegiatan belajar)
dalam pengertian strategi kontruksionsal. Jenjang belajar menyusun kembali
sakues belajar tesebut dalam urutan kegiatan belajar yang merupakan persyarat
bagi kegiatan belajar yang lain ,dan mana yang urutannya dapat bebas pilih
(optimal).
7. penentuan kegiatan belajar
Penentuan strategi instruksional ini di tinjau dari dua segi , yaitu :
a.
dari segi guru sebagai perancang kegiatan instruksional
b.
menurut tim pengembangan instruksional.
Kegiatan yang
perlu di lakukan guru dalam pengembangan strategi instruksional ini meliputi :
a.
pemilihan media
b.
perencanaan
kegiatan belajar mengajar,
c.
pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar,
d.
pelaksanaan
evaluasi belajar .
Yang di lakukan oleh tim
pengembangan instruksional ini terdiri dari kegiatan – kegiatan sebagai berikut
:
a.
penentuan stimulus belajar yaitu stimulus apa yang paling sesuai untuk TIK
tertentu(verbal,visual,demonstrasi,dan sebagainya),
b.
pemilihan media: yang harus di lakukan dalam batas – batas contrain
yang ada kemudian di pertimbangkan segi keefektifan dan keefisiennya
c.
penentuan kondisi belajar : Dilakukan dalam mempertimbangkan factor
internal seperti motivasi ,pengalaman belajar ,dan sebagainya .dan faktor
ekstrnal yang berupa stimulus dari dosen,media ,dan materi. Dalam
penentuan strategi belajar,kondisi belajar ini dilihat dalam perspeksikegiatan
belajar (meminta perhatian , memberi informasi tentang tujuan mengingatkan kembali,memberi
contoh memberi petunjuk belajar ,merangsang kegiatan, memberi umpan balik,
menilai kenerhasilan ,dan memberi gairah usaha penyarapan atau rentensi dan
alih ilmu)dan kawasan hasil belajar di klarisifikasikan ke dalam 12 kawasan
(diskriminasi , konsep,konkret, konsep verbal,aturan,pemecahan masalah,
kemampuan kognitif, kemampuan sikap/ efektif, kemampuan keterampilan/ motoris
,kemampuan mengientifikasi , kemampuan asosiatif dan kemampuan
mengorganisasi)
d.
perumusan strategi belajar : merumuskan bagaimana kondisi belajar yang
sudah di pilih pada langkah 10b di atas
e.
pengembangan media: Dikembangkan berdasarkan analisis dan informal
yang mendahului yang meliputi produksi program media, petunjuk belajar , dan
evaluasi belajar yang telah di susun pada langkah nomor 5
f.
evaluasi formatif : di lakukan untuk penyempurnaan butir – butir tes yang
telah di susun pada langkah nomor 5
g.
penyusunan pedoman pemanfaatan : untuk dapat membantu dosen bagaimana
memanfaatkan system instruksional yang di kembangkan tersebut secara lengkap.
8. pemantauan bersama
Pada tahap pemantauan bersama ini di lakukan oleh guru sebagai perancang
kegiatan instruksional dan tim pengembangan instruksional.
9. evaluasi formatif
Efaluasi formatif ini untuk mumperoleh data dalam
rangka revisi dan perbaikan materi bahan belajar .evaluasi formatif
inidilakukan menurut tiga fase ,yaitu : a) uji coba satu – satu , b) uji coba
pada kelompok kecil , dan c) uji coba lapangan dalam skla besar.
10. Evaluasi sumatif
Untuk menilai sistem penyampaian secara keseluruhan pada akhir
kegiatan . yang di nilai dalam evaluasi sumatif ini mencakup hasil belajar ,
tujuan instruksional dan prosedur yang dipilih.
Ciri-ciri pembelajaran
langsung
§Adanya tujuan
pembelajaran
§ Sintaks atau pola
keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
§ Sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya
pembelajaran
1.
Fase dan peran guru
dalam pembelajaran langsung
§ Fase I, Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa.
Pada fase
ini guru berperan dalam menjelaskan TPK, materi prasyarat, memotivasi siswa dan
mempersiapkan siswa.
§ Fase II,
Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan
Pada fase
ini guru berperan dalam mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan
informasi tahap demi tahap
§ Fase III, Mebimbing
pelatihan
Pada fase
ini guru berperan memberikan latihan terbimbing
§ Fase IV, Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Pada fase ini seorang guru berperan mengecek kemampuan siswa seperti memberi
kuis terkini dan memberi umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa
§ Fase V, Memberikan latihan dan penerapan konsep
Pada fase ini guru berperan dalam mempersiapkn latihan untuk siswa dengan
menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.
2.
Tugas perencanaan pada model pembelajaran langsung
a.
Merumuskan tujuan
Guru harus
merumuskan tujuan pembelajaran yang relevan dengan kurikulum
b.
Memilih isi
-
Guru harus mempertimbangkan berapa banyak informasi yang akan diberikan
pada siswa dalam kurun waktu tertentu.
-
Guru harus selektif
dalam memilih konsep yang diajarkan dengan model pembelajaran langsung
c.
Melakukan analisis
tugas
Dengan menganalisis tugas, akan
membantu guru menentukan dengan tepat apa yang perlu dilakukan siswa untuk melaksanakan
keterampilan yang akan dipelajari
d.
Merencanakan waktu
Guru harus memperhatikan bahwa kurun
waktu yang disediakan sepadan dengan kemampuan dan bakat siswa, memotivasi
siswa agar mengerjakan tugas dengan perhatian yang optimal
3.
Lima prinsip dasar yang
dapat membimbing guru dalam merencana system penilaian dalam model pembelajaran
langsung
a.
Sesuai dengan tujuan
pembelajaran
b.
Mencakup semua tugas
pembelajaran
c.
Menggunakan soal tes
yang sesuai
d.
Membuat soal sevalid
(terukur) dan sereliabel (konsisten) mungkin
Model Pembelajaran
Langsung ini merupakan
suatu model pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa di dalam mempelajari
dan menguasai ketrampilan dasar serta memperoleh informasi selangkah demi
selangkah.
MODEL PEMBELAJARAN
KEMP
Jerold E. Kemp berasal
dari California State University di Sanjose. Kemp mengembangkan model desain
instruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan
kepada para siswanya untuk berpikir tentang masalah-masalah umum dan
tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para pengembang desain
instruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta menentukan
tujuan-tujuan belajar yang tepat. Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi
pelajaran dan mengembangkan pretest dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya adalah menetakan strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan
belajar mengajar serta sumber-sumber belajar yang akan digunakan. Selanjutnya,
materi/isi (content) kemudian dievaluasi atas dasar tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi dan revisi didasarkan atas
hasil-hasil evaluasi.
Perencanaan desain
pembelajaran model Kemp dapat digunakan pada tingkat sekolah dasar, sekolah
lanjutan, maupun perguruan tinggi.
Desain pembelajaran
Model Kemp ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan, yakni:
1.
Apa
yang harus dipelajari siswa (tujuan pembelajaran).
2.
Apa/bagaimana
prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil
belajar yang diinginkan (kegiatan, media, dan sumber belajar yang digunakan).
3.
Bagaimana
kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi).
Langkah-langkah
pengembangan desain pembelajaran Model Kemp, terdiri dari delapan langkah,
yakni:
1) Menentukan tujuan instruksional umum (TIU) atau kometensi
dasar
2)
Membuat
analisis tentang karakteristik siswa.
3)
Menentukan
tujuan instruksional secara spesifik, operasional, dan terukur (dalam KTSP
adalah indicator).
4)
Menentukan
materi/bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus (indicator)
yang telah dirumuskan.
5)
Menetapkan
penjajagan atau tes awal (preassessment).
6)
Menentukan
strategi belajar mengajar, media dan sumber belajar.
7)
Mengoordinasikan
sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya, fasilitas, eralatan, waktu dan
tenaga.
8) Mengadakan evaluasi.
Penjelasan
Model pembelajaran
Jerold E. Kemp (1977), terdiri atas delapan langkah, yaitu:
1.
Menentukan
tujuan pembelajaran umum atau standard kompetensi dan kompeteni dasar, yaitu
tujuan yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan pembelajaran dan dalam
mengajarkan masing-masing pokok bahasan.
2.
Membuat
analisis tentang karakteristik siswa. Analisis ini diperlukan antara lain untuk
mengetahui apakah latar pendidikan dan social budaya siswa memungkinkan untuk
mengikuti program, serta langkah-langkah apa yang perlu diambil.
3.
Menentukan
tujuan pembelajaran khusus atau indicator, yaitu tujuan yang spesifik,
operasional, dan terukur. Dengan demikian, siswa akan tahuapa yang harus
dipelajari, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannyabahwa siswa telah
berhasil. Dari segi guru, rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan
dan pemilihan bahan/materi yang sesuai.
4.
Menentukan
materi/bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus. Masalah
yang sering kali dihadapi guru-guru adalah begitu banyaknya materi pelajaran
yang harus diajarkan dengan waktu yang terbatas. Demikian juga, timbul
kesulitan dalam mengorganisasikan materi/bahan ajar yang akan disajikan keada
para siswa. Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan memilah
sember belajar, materi, media, dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan.
5.
Mnentukan
penjajagan awal (preassessment) atau pretest, yaitu untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah memenuhi persyaratan belajar yang dituntut untuk mengikuti program
pembelajaran. Ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal
siswa dalam memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk mengikuti program
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, dalam
pembelajaran guru dapat memilih materi yang dibutuhkan dan diperlukan tanpa
harus menyajikan materi yang tidak perlu dan siswa tidak cepat bosan.
6.
Menentan
strategi belajar-mengajar dan sumber belajar yang sesuai. Criteria umum untuk
pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus
tersebut adalah : (a) Efisiensi; (b) Keefektifan; (c) Ekonomis; (d) Keptaktisan
melalui suatu analisis alternative.
7.
Koordinasi
sarana penunjang yang diperlukan, meliputi biaya, fasilitas, pralatan, waktu
dan tenaga.
8.
Mengadakan
evaluasi, yaitu mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara
keseluruhan, yaitu: (a) siswa; (b) program pembelajaran; (c) instrument
evaluasi; dan (d) metode yang digunakan. Evaluasi ini sangat perlu unuk
mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu siswa,
program pembelajaran, alat evaluasi (tes), dan metode/strategi yang digunakan.
Menurut Kemp (dalam,
Permana, 2009:2) pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinu.
Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di
dalam siklus tersebut.
Pengembangan perangkat
model Kemp ember kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari
komponen manapun. Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di
Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu
dimulai dari tujuan. Secara umum model pengembangan model Kemp ditunjukkan pada
gambar berikut ini.
SKEMA MODEL
PEMBELAJARAN BELA H.BANATHY
MODEL PEMBELAJARAN BRIGSS
SKEMA PERENCANAAN KEMP
keren blog x, , , artikel x jga bgus, , ,klo ad waktu silahkan brkunjung di blog kmi www.1d-newbie.blogspot.com
BalasHapussalam, , ,
Sangat membantu...makasih byk
BalasHapus