Label

Rabu, 17 Juli 2013

Pedoman | Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T

Seleksi Akademik
Seleksi akademik nasional meliputi tiga aspek, yaitu tes potensiakademik, tes kemampuan dasar, dan tes penguasaan kompetensiakademik bidang studi/bidang keahlian.
1) Tes Potensi Akademik (TPA)TPA bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuanseseorang di bidang akademik atau keilmuan. TPA terdiri atastes kemampuan berpikir: analogi, logis, analisis, deret numerik,dan komparasi. TPA dilaksanakan dengan durasi waktu 45menit.
2) Tes Kemampuan DasarTes kemampuan dasar bertujuan untuk mengukur kemampuandalam bidang Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, danMatematika Dasar. Tes kemampuan dasar dilaksanakandengan durasi waktu 60 menit.
3) Tes Penguasaan Kompetensi Akademik Bidang Studi/Bidang KeahlianTes penguasaan kompetensi bidang studi (untuk kompetensilulusan S-1 dan materi yang akan diajarkan) dimaksudkanuntuk mengukur penguasaan bidang ilmu calon peserta sesuaidengan latar belakang program studi kesarjanaannya. Tesbidang studi (18 bidang keprodian) dengan durasi waktu 90menit.source: Pedoman | Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T


yang mesti dipersiapkan untuk tes online:
1. Username dan Password
2. Formulir Pendaftaran dan Print Out Pengumuman Lulus 
3. Ijazah Asli S1 dan Fotocopy yang telah dilegalisir
4. Transkrip Akademik dan Fotocopy yang telah dilegalisir
5. Kartu Identitas Diri (KTP/SIM)

Peserta siap di lokasi tes 45 menit sebelum tes dimulai.



Ini link yang mungkin bisa membantu anda :D


SEMOA BERMANFAAT J

Minggu, 14 Juli 2013

WOT

Karya Wisnusantara

Sore itu, ketika matahari bersiap kembali ke peraduannya, ketika langit cerah dengan arak-arakan awan yang memperlihatkan kebesaran Tuhan, ketika burung-burung berlomba kembali pulang setelah seharian mencari rizki yang diberikan Tuhan. Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?.

Seperti biasa diwaktu seperti itulah Hamdan pulang menyusuri jalan-jalan ibukota yang penuh dengan fragmen peristiwa di setiap sudutnya setelah lelah seharian berjualan es goyang, “Seperti burung dan matahari itu” batinnya bergumam sambil tersenyum. 

WOT
Seperti biasanya pula ia harus mendorong gerobaknya melewati sebuah jembatan, ia pun menarik nafas dan mulai mendorong dengan sekuat tenaga gerobaknya hingga sampai di atas jembatan. Sesampainya di atas ia berhenti untuk sekedar menghela nafas, ia melihat sekeliling melihat kendaraan lalu lalang dengan berbagai tingkat kecepatan dan pandangan matanya terhenti ketika melihat sebuah benda bulat yang akan tenggelam meninggalkan bumi untuk sementara. “Indahnya sunset itu” gumamnya dengan senyum. Ia memejamkan matanya merentangkan tangan untuk menghela nafas sambil mensyukuri apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepada dirinya. “Maha Agung Ia yang telah menciptakan segala sesuatunya dengan indah” bisiknya. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
“Bang, ngapain tidur sambil berdiri?” terdengar suara yang bertanya.
“Ah, gak apa-apa kok, ada apa Dek?”. Ternyata suara anak SMA yang mengagetkan lamunannya
“Mau beli es dong Bang, masa beli es lah” jawab anak itu setengah bercanda.
“Mau beli es apa Dek?” tanyanya lagi dengan sedikit bercanda.
“Emang si Abang jualan es apaan?” anak itu balik bertanya.
“Jual es joged” jawabnya dengan tersenyum.
“Oh… ga jadi deh kirain jual es goyang” jawab anak itu dengan muka datar.
“Lah si Adek, dibecandain segitu aja marah”.
“Lah abisan si Abang nanya mulu, udah kaya acara singlet di tipi” jawab anak itu.
“Silet Dek, bukannya singlet” katanya.
“Lah gak ah. Itu mah iklan Bang!” jawab anak itu lagi dengan senyum.

Anak itu kembali bertanya dengan penasaran, “Bang tadi ngapain merem-merem, mau bunuh diri ya? Bunuh diri mah jangan di sini Bang, di tempat yang elit dikit dong Bang” kata anak itu sambil bergurau.
“Emang tempat yang elit dimana?” tanya Hamdan penuh selidik.
“Noh, di gedung DPR” jawab anak itu sekenanya.
“Lah, kok di gedung DPR sih?” tanyaku lagi dengan penasaran.
“Iya Bang, biar tuh Wakil Rakyat tau kalo ada rakyatnya yang bunuh diri karena kelakuan mereka. Lagian kalo Abang bunuh diri mari mah cuma masuk koran yang 2000 perak, terus nih jembatan jadi angker” jawab anak SMA dengan semangat. Hamdan hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya mendengar celotehan anak itu. Di mana pun kalian berada, kematian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.

Setelah memberikan pesanan anak itu, Hamdan pun kembali menatap matahari yang mulai bergabung dengan mega-mega di balik awan. Setelah melihat anak sekolah tadi, Hamdan menerawang mengingat masa lalunya terutama masa-masa ia merasakan kuliah, masa dimana ia mulai merajut mimpi, mulai menata masa depan dan mengejar cita-citanya menjadi seorang pengacara. Ia mengingat bagaimana angannya ketika sudah menjadi pengacara ia ingin menjadi seorang pengacara yang besar, terkenal dan mampu menyelesaikan banyak kasus seperti Adnan Buyung Nasution. Ya, Adnan Buyung Nasution pengacara berambut khas yang pertama kali ia lihat di televisi yang membuat ia ingin menjadi seorang pengacara. “Pembela yang lihai berretorika” katanya waktu itu.

Hamdan terus mengenang masa kuliahnya dulu tapi ada kenyerian dalam batinnya pula karena ia tidak sampai menamatkan kuliahnya. Semasa kuliah dulu ia banyak menyia-nyiakan waktu untuk bermain-main, belajar hanya sebatas membuat tugas kelompok saja. Ia banyak menyepelekan waktu dan berhenti ketika masuk semester enam karena uang kuliah dipakai untuk taruhan sepakbola dengan temannya, dan ia kalah. Orang tuanya yang memang mampu percaya bahwa ia masih tetap kuliah padahal ia telah membohongi kedua orang tuanya, setelah sekian bulan orang tuanya baru mengetahui bahwa ia tidak membayarkan uang kuliahnya, orang tuanya sangat marah sekali dan memutuskan menghentikan segala biaya hidup Hamdan. Hamdan pun menyesal dan mulai mencari kerja ke setiap perusahaan tapi tak ada satu pun yang menerimanya, pernah ia diterima tapi baru berkerja dua bulan dipecat karena terlalu sering terlambat. Ia pun kembali mencari kerja. Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam kerugian.

Hamdan terus mencari kerja, ia masuk jawatan demi jawatan tapi tetap saja hasilnya nihil. Ia beristirahat sejenak di sebuah warung rokok untuk sekedar melepas lelah dan memesan sebotol minuman. Ketika itu ada seorang yang cukup tua duduk di sampingnya. Hamdan menawarkan minumannya ke orang tua itu dan ditolak dengan sopan. Mereka duduk tanpa bicara.
“Darimana Mas?” tanya orang tua itu membuka pembicaraan.
“He, iya Pak, abis ngelamar kerja” jawab Hamdan.
“Hmmm, gimana udah ada yang nerima?” tanya orang tua itu lagi.
“Aahh. Belum Pak” jawab Hamdan sambil menghela nafas.
“Ohh. Mudah-mudahan cepet diterima ya” doa orang tua itu.
“Amiin”.
“Oh iya, kamu lulusan apa emangnya?” tanya orang tua itu lagi.
“SMA Pak” jawab Hamdan dan orang tua itu hanya manggut-manggut.
“Ya begitulah Pak, yang sarjana aja susah apalagi saya yang cuma SMA” sambung Hamdan.
“Loh, gak masalah SMA atau sarjana, yang penting kamu niat kamu awalnya” jelas orang tua itu.
“Maksudnya Pak?” tanya Hamdan penasaran.
“Ya niat awal kamu ngelangkah dari rumah” jelas orang tua itu lagi.
“Ngelamar kerjalah Pak” tegas Hamdan.
“Oh, tapi rasanya kamu belum yakin sama langkah kamu, masih ada yang kamu harapkan” kata orang tua itu.
“Loh kok Bapak tau sih?” tanya Hamdan lagi penasaran.
“Dari raut wajah kamu” jawab orang tua itu yakin.

Kemudian Hamdan menceritakan kisahnya, sewaktu ia kuliah hingga kenapa ia harus berhenti.
“Ohhh. Dek, Tuhan itu udah nentuin takdir kita dari sebelum kita lahir. Rezeki, jodoh, mati dan proses menuju kematian itu udah ditulis buat kita. Kita makhluknya hanya bisa berharap tapi tetap ada yang nentuin. Kita hanya juga bisa berdoa tapi doa kita juga kadang salah” jelas orang tua itu.
“Salah gimana Pak?” tanya Hamdan.
“Salah karena kita selalu meminta apa yang udah ditentuin buat kita, doa minta jodoh, doa minta rezeki, seharusnya kita berdoa agar apa yang udah ditentuin buat kita itu menjadi berkah, bermanfaat buat sekeliling kita. Harapan-harapan yang kita inginkan itu hanya sekedar nafsu dari nafsu-nafsu yang lain. Kadang kita lalai dengan apa yang udah dikasih buat kita, kita sia-siakan itu” jelas orang tua itu.
“Lalu seharusnya kita mesti gimana?” tanya Hamdan lagi.
“Seharusnya kita selalu bersyukur dan berdoa sebagai tanda bahwa kita bukan apa-apa disbanding ilmunya” terang orang tua itu.

Hamdan hanya manggut-manggut dan menyadari apa yang selama dikerjakan ini adalah bentuk kesia-sian saja. “Oh iya, ngomong-ngomong nama Bapak sapa? Saya Hamdan Pak. Ngobrol dari tadi gak tahu nama” tanya Hamdan.
“Saya Imron” jawab orang tua itu. “Dek, saya pamit duluan udah mau ashar. Ada yang mesti saya kerjakan” sambung orang tua itu.
“Silahkan” kata Hamdan.
Hamdan terdiam dan melamun.
****

Hamdan tersadar dari lamunannya karena suara Truk besar yang lewat di jembatan itu. Hamdan tersenyum mengingat masa lalunya itu dan ia sekarang mensyukuri apa yang ada padanya saat ini. Dalam hatinya ia berdoa, “Ya Allah, segala apa yang kau beri adalah rahmat. Manusialah yang membuatnya sia-sia. Terima kasih atas apa yang Engkau curahkan pada kami”.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

PROFIL PENULIS
Lahir di Jakarta pada tanggal 4 Juli 21 tahun yang lalu. Menempuh pendidikan di SDN Keagungan hingga tahun 2003, SLTP Negeri 54 Jakarta hingga tahun 2006 dan SMA Negeri 17 Jakarta hingga tahun 2009, sekarang menempuh pendidikan tinggi di Universitas Indraprasta PGRI jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia fakultas bahasa dan seni. (Wisnu Ismail Ramdhan)

PAHLAWANKU, GEBETANKU

Karya Nesya Puspita Putri

Satu hari menuju hari H, dimana beberapa ajang perlombaan seperti lomba mading, Qari, film pendek, ceramah dan puisi akan diselenggarakan antar kelas jurusan itu. Film sudah selesai, Misya tinggal mempersiapkan diri untuk tampil dalam perlombaan puisi yang bertemakan ‘Cinta’. Misya membuat dua puisi, yang satu bertema tentang cinta pada ibu dan yang satu lagi bertema cinta yang didasari keimanan pada seorang pria. Misya bingung dibuatnya, teman-teman ada yang mengusul tentang cinta pada ibu dan ada juga yang mengusul tentang cinta pada pria. Dan akhirnya misya memilih tema cinta pada ibu. Yang menurutnya emosinya akan memuncak saat klimaks dari puisi itu dimulai dan misya sudah mempersiapkan sedikit koreo sederhana yang mendukung puisi itu. saat ia datang ke aula kampus, disana ada beberapa panitia yang sedang menata panggung. Disana Misya bertemu Yessi, ternyata misya mengikuti lomba puisi juga. Lawan yang menurut Misya berat. Yessi melihat film pendek yang kemarin Misya buat.
“Sya, Fatin banget nih ekspresinya” Yessi melirik Misya yang sedang memperhatikan film itu. fatin adalah salah satu finalis X Factor. Ya, banyak yang bilang Misya mirip Fatin Shidqia. Mungkin mirip selewat dari beberapa ekspresi. Tapi banyak banget deh yang bilang.

Pahlawanku, Gebetanku
Keesokan harinya, sepulang kuliah semua mempersiapkan diri pada tanggung jawabnya masing-masing. Misya meminta Arman untuk mengiringi puisinya dengan gitar, agar suasana lebih hidup dan lebih menghayati. Dan Arman pun setuju. Setelah sholat dan merapihkan diri, Misya menuju aula tempat terselenggaranya acra itu. Melihat beberapa kontestan yang tampil dengan pakaian dan dan-danan yang mencolok mebuat Misya merengkutkan keningnya. Ih, pake dan-dan segala ya. Misya yang sederhana aja nih sendiri (gumam Misya dalam hati). setelah duduk beberapa lama....
“sya, ayo kita latihan dulu.” Panggil seorang cowok. Misya pun menoleh dengan cepat
“oh iya man, tunggu.” Jawab Misya pada Arman.

Mereka latihan diluar aula, beberapa kali terjadi kesalahan nada tapi mereka terus berlatih dan mendapatkan nada yang sesuia. Mereka kemudian masuk kembali ke aula. Rasa deg-degan, bingung, gerogi, campur aduk didada Misya. Bagaimana tidak? Misya membawa nama baik kelas untuk perlombaan ini. Mudah-mudahan lancar. Amiin (gumam Misya dalam hati). Beberapa waktu lagi giliran Misya, misya langsung calling Arman untuk bersiap-siap. Permasalahan besar datang, saat gitar tak ditemukan. Entah siapa yang membawanya. Arman berusaha mencarinya, Misya yang setengah mati bingung dibuatnya. Beberapa pasang mata tertuju pada Misya termasuk teman-teman sekelasnya. Misya kewalahan, dan tak tahu harus berbuat apa. Misya menenangkan diri dengan duduk rileks di kursi kontestan dan menunggu gilirannya tiba. Orang-orang menatap Misya seakan menghakiminya. Aula yang begitu besarnya seketika menciut mengecilkan diri dan membuat sesak nafas luar biasa pada Misya. Akhirnya Misya memundurkan nomor urutnya. Satu, dua kontestan telah tampil dan ini saatnya giliran Misya. Alhamdulillah saat detik-dtik terakhir Arman berhasil mendapatkan benda itu, benda yang membuat Misya bingung setengah mati.

Misya memancing agar air matanya dapat keluar sebelum naik ke atas panggung. Tapi mengapa itu tidak berhasil?jengkel Misya dalam hati.akhirnya Misya tampil, suasana hening mendukung segala penghayatan Misya.

KASIH SAYANGMU

Ku terbungkam.....
Ketika gelisah itu datang menyapa hidupku
Entah apa yang ku pikirkan
Semua kosong, gelap gulita
Seakan tak ada mimpi yang wajib ku wujudkan
Ibu....
Kau hadir dalam dingin yang mengikis
Dalam jeritan tangis yang merintih
Dalam sesak yang mencekam, kemudian....
Saat ku terjatuh, saat jiwaku runtuh
Kau membangunnya kembali
Dengan pondasI terkuat
Dan kasih sayang Yang tak terkalahkan
Kau genggam tanganku
Seolah tak ingin melepaskanku
Ku ingin melangkah ditempatmu berpijak
Ku ingin berteduh ditempatmu bernaung
Tapi sesaat kemudian
Ku mendapati dirimu terbujur kaku dihadapanku
Ingin kuucap sesuatu, namun lidahku terlalu kelu
Air mataku meleleh membentuk anak sungai dipipiku
Dosakah aku yang selalu mebantah perkataanmu?
Dosakah aku yang selalu menyakiti hatimu?
Atau mungkin sampai membuatmu menangis
Dalam sujudmu karena perlakuanku?
Hanya do’a yang bisa ku lantunkan
Keikhlasan yang selalu ku genggam
Kekuatan yang selalu jadi tumpuan
Dan cinta yang menjadi nafas hidupku sampai akhir hayatku

Pancingan tangis yang dilakukan Misya tidak berhasil tadi, tapi saat Misya menghayati kata demi kata, bait demi bait dari puisi itu, dan di dukung dengan suasana hening juga sorot mata tajam para penonton. Dan akhirnya bulir-bulir air mata menetes membasahi pipinya. Setetes demi setetes mengalir lembut, tapi lama-lama jadi mengalir deras. Arman berhasil mengiringi dengan gitar membuat kesempurnaan pada sebuah alunan puisi itu. serentak panggung menjadi bagian dari Misya, para menonton, dekkorasi-dekorasi panggung yang didominan berwarna biru yang bergantung seakan mendukungnya dalam kebisuannya. Usai membacakan puisi, gema tepuk tangan menggetarkan hati Misya dan memecah belah aula yang beberapa waktu lalu nampak hening. Bulir air mata Misya tak kunjung mengering, malah semakin deras dibuatnya. Misya pun turun, Arman menenangkan Misya sejenak dan nampak memberikan beberapa lelucon, yang sejujurnya tak ada letak kelucuannya bagi Misya. Tapi Misya tersenyum, walau masih diselimuti tangisnya. Penonton memalingkan wajah pada Misya yang masik terisak-isak dikursi kontestan. Misya sangat berterimakasih pada Arman, mungkin kata terimakasih saja tidak cukup untuk membayar semua ini. Arman seperti super hero yang datang saat Misya membutuhkan bantuan.
“Subhanalloh, penghayatan kamu bagus sya.” Hibur Muthia
“Makasih mut, misya coba kasih yang terbaik diatas panggung. Bagus atau nggaknya itu sih penilaian orang lain.”
“tapi beneran, bagus banget penampilan kamu. Hampir-hampir aku nangis, untung aku tahan” Puji mut pada Misya.

Misya tersenyum mendengarnya, lalu ia menghampiri kursi penonton. Dimana hp-nya ada ditemannya. Rasa kesal menyelimuti Misya, ternyata penampilan Misya tak terekam dengan hp-nya. Kesal Misya mendengar itu, tapi misya mencoba bersikap biasa saja.
“Maaf sya, ga kerekam hp kamu. Salah pencet” ujar Ana yang nampak merasa bersalah pada Misya.
“iya ga apa-apa” Lirih Misya, walau dalam hatinya ada kekesalan yang mendalam.
“Maaf juga kita-kita ga rekam kamu. Kita semua fokus liatin kamu tampil di depan sampai lupa rekam. Aku hampir nangis gara-gara kamu.”
“hehehe lebay, iya ga apa-apa ko. Gimana penampilannya?” tanya Misya ragu
“Bagus sya, dapet banget penghayatannya deh, beneran.” Puji Nuri, mungkin untuk menghibur Misya.
“alhamdulillah makasih ri, misya ga berharap menang yang penting misya tampil maksimal.” Ungkap Misya

Perlombaanpun usai sudah, tinggal penayangan film pendek. Dari kelas A sampai kelas C ditanyangkan filmnya. Saat Film kelas Misya diputar, Misya sedikit membungkuk ditempat duduknya. Aduh, suer deh malu banget. Gumam Misya dalam hati.
“hahahaha cie.......”teriak salah satu penonton saat adegan Arman tertabrak motor dan Misya menghampirinya.
“Misya cocok deh sama Arman. Kamu yang bawel dan Arman yang pendiam, jadi klop gitu.hahaha” celetuk Nuri
“ih, nagco aja. Film itu mah, da bukan nyata. Kalau ngerasa kita cocok ya bagus dong, misya sama Arman jadi partner yang profesional memainkan perannya. Hahaha” canda Misya pada temannya
Pemenang pun diumumkan, Misya tidak mendapatkan juara. Tapi ia tetap bangga karena sudah berani tampil dan berusaha memberikan yang terbaik diatas panggung. Usai acara selesai, Misya, Lia, dan Rossy pergi mencari pecel ayam. Misya akhirnya makan nasi juga sejak dari pagi ia belum makan apa-apa. Padah ia punya penyakit magh. Setelah makan, mereka ke kotsan Rossy. Tapi Lia pulang, Misya ke kotsan Rossy untuk numpang beristirahat sejenak. Magh menyerang perut Misya saat itu, Misya bingung kalau pulang dengan keadaan seperti ini takut membuat keadaanya semakin parah. Dan akhirnya Misya memutuskan untuk merebahkan tubuhnya sejenak di kotsan. Lalu sholat ashar dan kemudian merebahkan tubuhnya kembali keatas kasur. Rasa sakit yang tak terhankan, lama-lama Misya pun tertidur dengan posisi meringkuk menahan rasa sakitnya.

Waktu menunjukan pukul 06.40 malam, Misya terlonjak kaget saat melihat jam. Misya langsung sholat magrib dan siap-siap untuk pulang. Tapi ia teringat sesuatu
“sy, kali aja Arman belum pulang. Misya sms ah mau minta nebeng, kan sejalur rumahnya sama misya.” Ucap Misya pada Rossy
“iya sya, sms aja. aku juga khawatir sama keadaan kamu. Nih bodypack Arman juga masih ada di aku. Nih ada helm Kintan juga disini da ga kepake sekarang mah. Jadi pake aja sama kamu, besok dibalikin lagi” usul Rossy

Misya pun segera sms Arman, dan akhirnya dia bersedia mengantar Misya pulang. Beberapa lama kemudian Arman tiba di depan gerbang kotsan, Misya dan Rossy pun menghampiri.
“Man, maaf ya ngerepotin. Kalau misya ga tiba-tiba sakit mah dari tadi sore juga udah pulang bareng Lia” ucap Misya dengan laun
“oh iya ga apa-apa ko. Kasihan juga Misyanya kalau pulang sendiri, sekalian Arman pulang juga kan.”
“iya makasih, ini aja baru bangun tidur man.”
“pantesan mukanya belum berbentuk. Hehehe” canda Arman
“wah songong, abstrak gitu maksudnya?”
“hahaha peace....”

Malam itu pertama kali Arman mengantar pulang Misya, dan Misya mengarahkan jalannya.
“awas jangan pingsan, ntar kalau pingsan Arman ga mau gotong. Hahaha”
“dih ko gitu? Jahat benerrrrrr”
“diderek dibelakang angkot aja. Hahaha”
“dih nyebelih, ogah deh. Tenang ga akan pingsan. Paling ngegubrag. Hahaha”

Percakapan mereka sepanjang jalan membuat waktu berlalu dengan cepat, dan akhirnya mereka sampai.
“makasih ya man, maaf ngerepotin. Oh iya, ini bawa helm Kintan. Misya takutnya besok ga kuliah gara-gara sakit.”
“iya, sama-sama. Yauda sini. kuliah atuh, sembuh da besok juga”
“ amiin... makasih man.” Ucap Misya pada Arman dengan senyuman tanda terimakasih
“ sama-sama. Yauda Arman pamit dulu. Assalamualaikum.”
“waalaimisyamsalam” jawab misya
Beberapa hari setelah acara lomba itu. iseng-iseng Misya Upload film pendeknya ke fb, dan menulis cerpennya tentang film CDD (Cinta Dalam Misyam) itu. setelah selesai mengangkat film pendek itu menjadi cerpen, Misya sms Arman untuk memberitahukannya.
Assalamualaimisyam
Man, misya bikin cerpen dari film pendek kita kemarin lho

Beberapa lama kemudian Arman membalas sms Misya.
Waalaimisyamsalam
Wah, iya? Boleh baca dong.

Misya langsung membalasnya lagi.
Iya boleh, nanti misya pindahin datanya ke FD misya.
Entah mengapa saat pembuatan cerpen itu seperti ada Chemistery yang lain, dimana Misya tersenyum-senyum melihat adegan per adegan pada film itu. Misya jadi di gosipin sama teman-teman sekelasnya dengan Arman. Entah apa yang terjadi, semua ledekan teman-temannya itu selalu saja terngiang ditelinganya. Misya teringat dengan Lia, dulu dia yang selalu Misya ledek dengan Arman. takut kalau Lia beneran suka sama Arman. Dan yang lebih aneh, Misya senyum-senyum sendiri. Misya bingung dengan semua ini. Ah, mungkin hanya terbawa suasana karena film kemarin aja. Jadi misyanya kayak gini (sanggah Misya dalam hati). Walau begitu, Misya sering curhat tentang Arman pada sepupunya yang bernama Anggra yang sama-sama tinggal dirumah neneknya. Hari ke hari Misya semakin aneh dengan hatinya. Dari mulai Misya menulis cerpen itu, ia sedikit demi sedikit berubah. Misya berubah jadi lebih feminim, lebih anggun, dan lebih islami. Malah sekarang ia berniat untuk tidak pacaran. Apa semuanya karena sosok Arman?

Tapi Misya sanggah perasaan itu, karena dia hanya ingin menganggap Arman sahabatnya saja. karena dia tidak mau dibilang penghianat oleh sahabatnya sendiri.

PROFIL PENULIS
Nama: Nesya Puspita Putri
TTL: Bandung, 3 Juni 1994
Hobi: Menulis
Alamat: Jl. Buah Batu Gang Babakan Wates 3 No.29
Pekerjaan: Mahasiswi

KESETRUM

Karya Azmi Vira

Vino menatap halus wajahnya. Perasaan aneh itu muncul. Sebelumnya ia tidak pernah merasakan percikan itu. Dimatanya, cewek itu bener-bener cewek yang beda, unik, lucu, dan manis.
“ Woy Vin!”, teriak salah satu teman Vino ditengah lapangan SMA 2.

Sepasang bola mata coklat itu tak bergeming. Tetap focus menatap gadis yang membuat hatinya seperti kesetrum.
“ VINOOOOOO!!!”, teriak temannya yang lain dan melempar bola tepat kearah Vino.

Brakkk!!
“ Aww!!”, teriak Vino sambil mengusap wajahnya yang memerah.
“ Hahaha!”, tawa lepas terdengar dari segerombol anak cewek yang lewat.

Kesetrum
Mayang hanya terdiam, bingung mau ikutan tertawa atau terdiam karena kasihan. Setelah Mayang dan teman-temannya berlalu, Vino baru sadar kalau teman-temannya mulai berhamburan dari lapangan.
“ Woy, pada mau kemana??”, tanya Vino mengusap keringat di dahinya.
“ Gak asik lo, Vin! Kalo mau maen sendirian dikandang kebo aja!”, jawab salah satu temannya sambil berlalu.
“ Masalah cewek gak bisa lo campurin dong, Vin… Minggu depan kita udah lomba”, tambah temannya yang lain dan ikutan pergi.
Bola yang gak bersalah ditendangnya keras sampai berbekas. Vino Cuma tinggal sendirian ditengah lapangan. Dia baru sadar kalau tadi dia menyia-nyiakan kesempatan mencetak gol walaupun Cuma latihan. Hatinya galau, kenapa bisa cewek yang tampangnya gak lebih cantik dari Mary pacarnya bisa mengalihkan dunianya. Persis kayak lagu, hatinya berubah merdu, alunan music bersemayam dihatinya, dunia gym berubah menjadi roman. Dan hanya satu wajah yang terbayang, Mayang si cewek yang menurut Vino tampangnya pas-pasan.
Bingung! Mau seneng apa mau kesel?
***

Siang itu Vino mengisi free time nya dikantin favoritnya, kantin nomor 7 dari kanan maupun dari kiri. Dan sosok itu muncul lagi! Kali ini lebih dekat daripada kejadian di lapangan minggu lalu. Membuat Mayang menatap dirinya, kali ini Mayang juga menatap Vino! Membuat Mayang jadi agak risih dilempar tatapan tajam yang bikin gak nyaman. Meskipun dalam hatinya, Mayang juga terpesona style Vino yang . . .
Ahh! Sulit dilukiskan sama kata-kata! Berbadan tegak, bertubuh ideal meskipun gak terlalu tinggi kayak bule pada umumnya, bibirnya merah, rambutnya yang kecoklatan menambah kesan Yankees nya yang udah dibalut kulit putih bersih. Vino adalah anak gymnastic yang bertubuh dan berwajah paling imut diantara anak gymnastic lainnya. Dan yang paling penting bagi Mayang, tatapan tajam itu membuat jantungnya serasa mau loncat dari ruangannya.
Mayang jadi kikuk apa yang harus dibeli di kantin nomor tujuh itu, sementara Vino tak berkedip sedetikpun menatap wajahnya.
“ Mau jajan apa, Yang?”, tanya Lisa mengambil sebuah roti.
“ Ah! Hmm.. Ng.. Nggak.. Gak tt.. Tau.. Lis”, jawab Mayang gugup
“ Eh Yang, ada yang ngeliatin lo terus tuh!”, ujar Lisa memberi isyarat mata.
Sekali kedipan mata, Mayang seakan ditumbuhi jerawat 100 buah. Kakinya bergetar, tubuhnya terasa lemas, ia merasa malu dan gak pede. Mayang berfikir kalo Vino menatapnya karena ada yang salah dari dirinya. Karena selama ini Mayang tau, dia Cuma cewek biasa yang tampangnya pas-pasan banget.

Brukk! Mayang menabrak meja kantin sebelah sampai terjatuh keras. Teman-teman Vino yang melihat tertawa geli, Cuma Vino yang tersenyum sendirian. Vino mengulurkan tangannya tepat kedepan wajah Mayang yang memucat. Tapi Mayang malah berlari ke kelas.
“ Kenapa sih sama gue, Lis? Ada yang salah sama penampilan gue? Hah??”, Mayang mencak-mencak ketika baru sampai dikelas.
“ Hmm kayaknya enggak deh.. Mungkin karena kacamata minus baru lo kali”
“ Masak sih?”, Mayang menyentuh-nyentuh kacamata pemberian papanya.
“ Atau jangan-jangan! Kakak yang tadi suka sama lo!”, Lisa mengacung-acungkan jari telunjuknya yang lentik.
“ Gak mungkin lah! Gila aja! Dia bule, gue wong ndeso.. Mau dikira pembantunya nanti?”.
“ Ah elah, Yang.. Cinta itu buta loh”,
Mayang terdiam, merenungkan kata-kata Lisa sahabatnya. Dalam hatinya yang paling dalam, Mayang bener-bener pengen loncat langsung ke langit ke-7. Kalo emang bener apa yang dikatakan Lisa, Mayang beneran jadi cewek paling bahagia di Indonesia sampai Asia Timur Raya.
***

Siang itu, udara di SMAN 2 lumayan panas, menyengat tubuh Vino yang dari tadi pagi ditengah lapangan. Kulit khasnya memudar perlahan, membentuk segaris ke eksotisan. Lapangan dan sarana olahraga indoor maupun outdoor emang udah jadi cinta sejati Vino dan kawan-kawan dikelas khusus anak-anak berbakat olahraga. Vino emang dari kecil bercita-cita jadi atlet, entah soccer atau basket yang penting dia pengen nunjukin ke papanya, kalau dia bisa! Jam belajar dikelasnya pun gak normal kayak anak-anak dikelas biasa. Lebih banyak dilapangan dibanding menggeluti buku yang menurut Vino membosankan.
Saat Mayang melewati lapangan, matanya tertuju pada Vino. Ada yang aneh yang Mayang tangkap, Vino gak memakai baju olahraga tapi anehnya habis main dilapangan dan sekarang menuju ruang Tennis Meja. Vino terlihat santai, kayak gak punya beban pelajaran yang setumpuk. Dan hampir setiap Mayang lewat lapangan, pasti Vino dan teman-teman penghuni setia lapangan itu.
“ Oo.. Jadi dia anak gym”, ucap Mayang pelan.
“ Siapa yang anak gym?”, tanya Lisa.
“ Ehh.. Itu tuh tadi ada temen SMP gue”, jawab Mayang ngasal.
Untungnya Vino udah masuk ke ruang Tennis Meja.
***

Hari ini pelajaran yang biasanya bikin Mayang frustasi. Saat jam terakhir dia harus naik turun sampai lantai tiga Cuma buat numpang stress doang. Di bully guru paling ekstrem se-SMAN 2. Itu emang udah santapan buat anak X.1 setiap Jum’at di jam terakhir. Tapi kali ini Mayang semanget banget. Sekalian ngintip, siapa tau aja ada Vino kalo emang beneran dia anak Gym. Kelas gym dan Lab Fisika kan berdekatan.
Siapa sih nama cewek itu? Kelas berapa? Gimana caranya gue deket sama dia? Tau namanya aja enggak.
Sorot mata itu semakin menajam. Mayang gak bisa menatap lebih lama. Vino yang lagi main loncat tali sambil pemanasan didepan kelasnya lagi-lagi merasakan kesetrum mendadak tiap ngeliat wajah Mayang.
Mereka Cuma saling diam, menatap satu sama lain tanpa berkomentar. Cuma bola mata hitam dan kecoklatan yang mampu berdialog.
***

Hari ini adalah tour buat perpisahan kelas XII di SMAN 2. Vino dan anak-anak kelas gym nya menggunakan bis khusus anak gym. Sedangkan Mayang menyatu padu sama anak-anak kelas X lain. Pupus harapannya buat satu bis sama Vino. Dan dari tadi Vino belum juga naik bis, matanya terus tertuju bis didepannya.
Mayang duduk dideret kanan bis, tepat dipinggir kaca bis. Saat bis yang ditumpangi Mayang menyalip bis anak gym, Vino menembus bola matanya. Kedua pasang mata itu bertemu lagi saat bis mereka sedang berdekatan. Vino yang dibalut t-shirt putih tertutup jaket kecoklatannya menatap mayang di balik kaca bisnya. Secepat kilat Mayang menutup gordyn biru disebelahnya. Sosok Vino lenyap dari pandangannya. Meskipun sebenernya Mayang juga pengen lihat wajah itu lebih lama.
Kenapa dia gak mau ngeliat gue? Apa salah gue?
Hampir 7 jam perjalanan ditempuh anak-anak SMAN 2. Kekhasan Kota Bandung sudah menyerbu alam pikiran anak-anak SMAN 2. Bagi yang hobby foto-foto langsung mengabadikan apa saja yang lewat di kaca bis mereka. Bahkan Cuma pegunungan yang masih remang-remang aja di potret, termasuk Mayang, yang hobby nya mendekap camera pemberian papanya.

Matahari berpamitan ke belahan dunia lain, Vino yang sibuk memperhatikan Mayang malah ketangkap basah sama Mary.
“ Ehmm.. Sibuk amat, sampe gak ngedip”, ujar Mary membuyarkan pandangan Vino.
“ Ehh.. Kamu gak kumpul sama temen-temen kamu?”
“ Oh jadi aku di usir nih?”
“ Bukannya gitu sayang.. Kan ini hari terakhir kamu sama temen-temen kamu di SMA, kenapa gak di manfaatin?”
“ Masih bisa ketemu lain kali tuh, oh iya.. Aku mau ngomong serius”, ujar Mary melipatkan tangannya.
“ Apa??”
“ Gini, kita kan sama-sama udah gede.. Sebentar lagi aku mau lanjutin kuliah, dan pastinya kita gak akan setiap hari ketemu.. Sedangkan kamu masih SMA disini.. Jadi…”
“ Jadi kamu mau kita putus?”, ucap Vino memotong.
“ Pintar! Gak sia-sia punya tampang bule..”, ujar Mary tersenyum sinis.
“ Ya.. Dan kamu juga terlalu cerdas buat mainin perasaan orang!”, tukas Vino setengah emosi.
“ Kamu gak terima aku putusin ya? Kayaknya ada playboy patah hati nih. Aduhh lupa ya siapa kamu dulu?”, tukas Mary memicingkan mata.
Sampai kapanpun, aku akan tetep sayang kamu Mar.. Kamu yang bikin aku bertahan selama ini, 1 tahun bukan waktu yang singkat buat aku lupain semua tentang kita. Dan secepet itu kamu ngubur perasaan yang dulu kamu bilang bakalan forever?
Tanpa basa basi lagi Vino beranjak dari pandangan Mary. Cari pemandangan baru, kebetulan malam ini malam minggu. Vino gak terlalu memikirkan masalah itu. Cewek kayak Mary itu udah biasa buat Vino. Dan kali ini Vino mau yang gak biasa. Ya… Seperti Mayang.

Senyuman Vino menembus relung hati Mayang yang paling dalam. Dalam hitungan detik, semua teman-teman Mayang pergi, seakan membiarkan Mayang berdua sama Vino. Ditengah bintang yang seakan dibiarkan berserakan diatap raksasa, dan pegunungan yang samar-samar sama lampu-lampu kota Bandung di malam hari menambah kontras suasana malam itu.
“ Bisa main gitar ya?”, tanya Vino sambil terduduk disebelah Mayang tanpa disuruh.
“ Iii.. Iy.. Iyya.. Kk.. Ken.. Kenapa?”, ujar Mayang gugup.
“ Haha kamu lucu deh. Cantik-cantik kok gagap”
“ Hehehe..”, Mayang tertawa sambil menggaruk kepalanya yang gak gatal itu.
“ Oh iya, aku Vino..”, ujar Vino mengulurkan tangannya.
“ Mmm.. Mmay.. Mayy.. Mmaa.. “, dengan penuh gemetar Mayang memberanikan tangannya terulur meskipun bibirnya berguncang.
“ Ok! May.. Jangan salting gitu dong! Oh iya.. Ajarin aku main gitar dong!”, tangan Mayang terasa dingin buat Vino, menambah tegangan listrik yang Vino rasakan. Vino jadi bener-bener kesetrum!
“ Emangnya.. Kamu.. Gak.. Bb.. Bisssa??”
“ Haha dari kecil aku lupa sama gitar, terlalu sibuk sama bola, lapangan, dan sejenisnya.. Mau kan ajarin aku?”, ujar Vino memohon membuat Mayang menjadi sedikit tenang.

Perlahan, langit berubah semakin kelam. Dan malam itu bener-bener mukjizat bagi Vino dan Mayang. Pertama kali mereka mengobrol, dan saat itu juga mereka semakin dekat. Detik demi detik kegugupan Mayang memudar, semua itu karena Vino yang cerdas merebut hati seorang wanita. Jonathan Vino Friedrich Falconiformesnya SMAN 2.
“ May.. Liat deh bintang yang paling terang itu”, ujar Vino berusaha selembut mungkin.
“ Oh iya.. Emangnya kenapa Vin?”, jawab Mayang pura-pura dungu.
“ Bintang itu di ibaratin kamu.. Diantara yang lain, kamu yang paling berbeda.. Nyalanya bikin aku kesetrum, mungkin daya listriknya terlalu tinggi hehe”
“ Hahaha! Bisaaa banget ya.. Kok gak gosong? Kan kesetrum haha..”
“ Hahaha udah cetakannya begini sih.. “, jawab Vino menundukkan kepalanya.
“ Cetakan? Hahaha! Oh iya, kamu mix blood ya?”
“ True! Papaku asal USA. Tapi mamaku pure Indonesia kok”
“ Wow! Bagus dong, berarti adik atau kakak kamu juga bule-bule. Lucu kayaknya”, ucap Mayang menopang dagu.
“ Gak! Aku punya adik, dan adikku wajah pribumi…“
“ Maksud kamu? Kamu.. “, tanya Mayang mengerutkan dahi.
“ Ya.. Broken home.. Papaku udah balik ke USA waktu aku berusia tiga tahun, aku aja udah lupa sama wajahnya”, jelas Vino.
“ Oh.. Sory.. Hmm tapi kan masih ada keluarga disini yang sayang kamu, jangan sedih ya”
“ Ya iyalah… Hahaha.. By the way, aku mau tanya.. Sebelumnya, kamu belom pernah pacaran ya?”
“ Iya.. Kenapa?”, ujar Mayang tercekat.
“ Hmm.. Udah kuduga sebelumnya. May, aku.. Aku.. Aku suka sama kamu.. “
Akhirnya.. Keluar juga kan tuh kata-kata..
???
?*&^%?
Bengong! Cuma bengong yang Mayang lakuin. Kayak anak gak punya nyawa. Antara percaya sama enggak.
“ May..? Kamu gapapa kan?”, tanya Vino lagi.
“ Kamu.. Ss.. Ser.. Seriuss?”, tanya Mayang perlahan.
“ Serius.. Sumpah! Aku suka kamu sejak pertama liat kamu, aku gak bisa lupain kamu. Aku mau jadi pacar kamu, kamu beda dari yang lain”
“ Tapi.. Aku.. Belom pernah”, jawab Mayang lemah.
“ Aku tau, aku bakal bimbing kamu, bukan dalam artian ajarin kamu pacaran kalo kamu belum terbiasa. Please May, aku sayang kamu…”
“ Tapi…”
Aku suka kamu May.. Entah orang mau bilang apa! Aku tetep kesetrum kalo liat kamu. Kalo Cuma buat cari cewek cantik di mana-mana juga banyak, tapi yang aku mau Cuma kamu.. Kamu May.. Seandainya aku bisa pindahin perasaan yang aku rasain sekarang, pasti kamu ngerti apa yang aku rasain.
Halus.. Terlalu halus dirasakan buat cewek lugu kayak Mayang. Sentuhan Vino. Cowok itu beneran nyata buat Mayang. Terlalu manis buat diungkapin!

Mayang memalingkan wajahnya kearah langit, pura-pura menatap bintang. Vino yang masih hanyut langsung membuka matanya lebar-lebar. Tersenyum manis kearah Mayang, cewek yang bikin dia kesetrum.
“ Udah ah Vin.. Aku takut!”, ujar Mayang setengah menangis.
“ Mungkin baru pertama kali hehe. Yaudah, udah malem.. Balik ke hotel sana! Temen-temen kamu pasti pada nyariin”
“Ok!”
“Langsung tidur!”
“Ok..”, jawab Mayang kehabisan kata-kata.
Kejadian malam ini bener-bener gak bisa Mayang lupain. Gemeteran! Tapi anehnya Mayang malah ngerasa nyaman sama Vino. Bukannya dulu Mayang anti cowok keren? Karena pasti playboy. Tapi sekarang? Mayang udah memuja Falconiformesnya SMAN 2 itu. Dan sebuah kehormatan besar buat Mayang bisa disukain sama Vino. Bakalan naik tahta nih kayaknya.
***

“ Eh Liat deh! Si Mayang! Cewek sok lugu yang katanya belom pernah pacaran tuh”, ujar salah satu gerombolan cewek dekat madding.
Mayang tercekat ditempat.
“ Iya.. Huh! Udah yuk kita pergi, panuan lama-lama deket orang muna”

Mayang melihat ke arah madding. Dan seketika itu juga bola matanya hampir terjatuh. Ada foto dirinya bersama Vino saat sedang kissing di Bandung, malam itu. Bener-bener lumpuh!
“ Hey May..”, sapa Vino tiba-tiba muncul.
“ DIAM!”, teriak Mayang.
“ Kamu kenapa sih?”

Mayang membuat isyarat agar Vino melihat ke madding. Disana mata Vino terbelalak.
“ Apa apaan nih? Kerjaan siapa nih? Siapa yang lakuin itu? SIAPA???!!!!!”, tanya Vino membuat anak-anak disekitarnya terdiam.
“ Siapa tim kreatif Madingnya? Jawab dong!!”, ujar Vino lagi.
“ GAK ADA YANG BERANI JAWAB??!”, ujar Vino lagi, sedangkan Mayang malah menangis disebelahnya.
“ KENAPA KALIAN LAKUIN ITU? Itu privacy! Apa rasanya kalo privacy kalian juga dipublikasiin? HAH? APA! JAWAB! KENAPA PADA DIEM?”,
“ OH! Saya tau! Kalo ada masalah bisa diomongin langsung ke saya kan? Jangan main belakang, selesaikan secara gentle. MUNA TAU GAK! Kalo kalian berbuat, tapi giliran orang lain yang berbuat dipublikasiin”, amarah Vino memuncak.

Siapapun gak ada yang tau, pelakunya siapa. Entah fans-fans Vino yang cemburu atau Cuma orang iseng.
“ May..”, sapa Vino mencoba tetap tenang.
“ DIAM!!!”, teriak Mayang menutup telinga dengan kedua telapak tangannya.
“ Maafin aku.. “
“ Kamu jahat! Kamu bilang gak bakal ajarin atau apalah! Semua cowok itu sama aja!”, komentar Mayang.
“ Ok! Aku khilaf! Aku emang jahat, maafin aku. Aku akan memperbaiki citra kamu disekolah ini. Apapun caranya..”
“ Apa? APAA?!”, dan segera berlalu.
“ May.. Maafin aku! Aku Cuma mau kamu jangan lupain aku”, ujar Vino terdengar samar oleh Mayang dari kejauhan.
Sejak saat itu, Mayang banyak di bully disekolahnya. Sampai dia gak tahan dan pindah sekolah. Dan sejak saat itu, Mayang memutuskan untuk tidak berkomunikasi sama Vino.
***

Lima tahun telah berlalu. Kini, Mayang sudah menjadi mahasiswi disebuah Universitas di Jakarta. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-20. Dia masih suka jalan-jalan sendirian disekitar kampus. Tapi kali ini Mayang pergi ke luar kota sendirian.
Tiba disebuah pusat perbelanjaan, matanya tertuju pada anak kecil, yang menangis sendirian.
“ Eh dede sayang.. Kenapa nangis? Mana mamanya?”, tanya Mayang membungkuk.
“ Papa! Papa… “, anak itu malah menangis semakin keras membuat hati Mayang gak tega.
“ Sstt.. Kita cari papa ya.. “
“ Sha.. Kesha!“, ujar sebuah suara.
Mayang menoleh karena merasa gak asing sama suara itu.
“ Aduh Sha.. Bandel banget sih? Papa kan udah bilang jangan kemana-mana”

TEG! HENIIIIIIIIIIIIIIIIIIING!
Keduanya menganga membentuk lingkaran. Vino dan Mayang bertemu! ANEH! Mayang ngerasa gak percaya panggilan anak itu sama Vino. Kalo emang Vino papanya, kenapa gak mirip? Vino bule, sedangkan anak itu oriental, bermata sipit.

Akhirnya, aku bisa nemuin kamu juga, May.. Udah banyak kejadian yang kamu gak tau tentang aku. Jujur, aku kangen kamu May.. Kamu tetep May yang dulu, meskipun sekarang kacamata diganti Softlens. Tetep bikin aku kesetrum, bahkan semakin gila dari yang aku rasain waktu di SMA. Happy birthdays ya May…
“ Apa??? Papa?? Sha??”, ujar Mayang tergagap.
“ Iya May.. Ini anak aku.. Namanya Kesha”, jawab Vino sambil menggendong anak itu.
“ HAH??!!!!”, Mayang bengong persis ekspresi aktris di Sinetron.
“ Iya.. Apa kabar, May? Kuliah dimana sekarang?”, tanya Vino tetap tenang.
“ Bb..Baik.. Ak.. Akk.. Aku.. Di.. Di Jakarta.. Gimana ceritanya ini anak kamu?”
“ Hmm.. Tiga tahun lalu aku merid, May.. Maaf gak ngundang kamu, aku gak bisa hubungin kamu waktu itu”
“ Gapapa.. Sama siapa?”
“ Mary.. “
“ Mary senior kita di SMA? Bukannya dulu kamu udah putus sama dia?”, tanya Mayang semakin curiga, ‘kalo memang ibunya Mary, kenapa bisa sipit? Bukannya Mary juga ada blasteran Jerman? ANEH!’ ujar mayang dalam hati.
“ Iya tapi.. Hmm.. May, aku gak tega liat dia”
“ Aku gak ngerti maksud kamu, Vin”
“ Hmm.. Sekarang kamu ikut aku kerumah, nanti aku certain, gak enak disini ada Kesha”

Sampai di rumah berdesign minimalis yang tidak terlalu besar dan berada ditengah kota, Vino menceritakan semuanya tanpa ada Kesha.
“ Jadi??”, tanya Mayang semakin penasaran.
“ Ya.. Aku gak tega liat Mary, orang yang dulu pernah aku sayang.. Harus ngelewatin cobaan itu, cowoknya pergi gak tau kemana. Daripada jadi aib, aku sebagai cowok satu-satunya yang dia percaya waktu itu. Jadi ya.. Aku yang harus nutupin aibnya, aku yang tanggung jawab. Daripada aku kesiksa liat cewek menderita kayak gitu kan..”, jelas Vino panjang lebar.
“ Jadi? Dia bukan anak kandung kamu?”
“ Dia tetep anakku kok. Aku sayang dia”
“ Kenapa kamu mau lakuin itu, Vin? Prestasi kamu gimana?”
“ Aku udah lama vacuum dari dunia gymnastic, sejak ada Kesha aku lebih banyak abisin waktu sama dia”
“ Sekarang Mary kemana?”
“ Aku juga gak tau, dia gak pasti. Masih kayak dulu, suka keluyuran gak jelas. Udah dua minggu gak pulang”
“ Gila! Dia gak inget sama anaknya apa?”
“ Entahlah May.. Makanya tadi aku ajak Kesha jalan-jalan.. Aku udah mumet, dua bulan lalu Mary minta cere. Dari awal pernikahan kita, aku sama Mary emang udah gak cocok, kita sering ribut”
“ Terus sekarang gimana? Kamu masih tetep mau pertahanin?”
“ Aku masih bingung.. Kasian Kesha.. Aku pernah rasain gimana rasanya jadi anak broken home. Dan.. Itu.. Itu gak enak! Kesiksa! Ngerasa asing dari orang lain. Dan kadang kesepian dan merasa iri”
“ Ehmm aku ngerti kok.. Vino.. Aku gak nyangka kamu sampai lakuin itu. Kamu bener-bener baik, Vin, rela bertanggung jawab atas perbuatan orang lain.. By the way, kamu gak cari kabar tentang.. Maaf, Papa kandungnya Kesha?”, tanya Mayang menyipitkan mata.
“ Buat aku itu gak penting. Yang aku tau, mantan terakhir Mary sebelum merit bukan WNI”
“Ohh.. Yang pasti bukan bule, gak ada tampang bule soalnya hahaha”, komentar Mayang mencairkan suasana.
“ Hahaha.. Siapa? Kesha? Udahlah jangan dibahas. Tapi, kamu perhatian juga ya”, ujar Vino tersenyum sendiri.
“ Haha dan akan selamanya kayak gitu kok”
“ Masaa? Swear? Kamu udah gak marah sama aku?”
“ Kejadian waktu SMA mah lupain aja kali..”
“ Ok! Dan sekarang.. Ok.. Ok.. Kamu masih single?”
“ Wah kode darurat nih. Hahaha”, ujar Mayang geli.
“ Haha May, aku serius.. Aku bukan anak SMA lagi..”
“ Oh iya lupa.. Papa Vino ya sekarang haha.. Hmm ya gitu lah Vin, kamu kan tau, aku gak bisa pacaran, mana ada cowok yang mau sama aku” jawab Mayang setengah murung.
“ Aku mau kok.. Hahahahaha! Becanda deh becanda, jangan diseriusin ya.. Kalo mau diseriusin gak nolak juga sih……”
“ Papaaa… Mamaaaa…”, tangisan Kesha memecah suasana reunion Vino dan Mayang.
“ Keshaa!”, ujar Vino dan Mayang kompakan.
Dan aku tau May. Cinta itu emang kadang gila, gak tau tempat dan gak tau sasaran.
 
END

PROFIL PENULIS
Nama : Azmi Vira 
Tempat : Semarang, Jawa Tengah
Twitter @AzViraa 
Email : Viratan944@yahoo.com 

FIRST PROM NIGHT

Karya Nasya 

Rasa berdebar masih kurasakan dan masih dirasakan juga oleh tiga sahabatku di rongga dada kami. Karena kami untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di SMA sebagai anggota warganya, tepatnya sebagai siswi.
"Ouch,maaf... maaf, saya tidak sengaja" ucap Aida kwatir yang ditabraknya akan marah.
"Hei... hei... santai aja! Saya tidak apa-apa kok, santai. Cepetan masuk, bentar lagi bel" kata cowo' yang pake batik sama dengan para guru. Dan dia punya tinggi dan tampang yang lebih, maksudnya tinggi ideal dan ganteng.

Aku beda kelas dengan tiga sahabatku. Aku di X-2, Tiwi di X-7, Aida dan Rika di X-6. Maka dari itu aku harus pulang sendirian di hari pertama MOS. Soalnya hari Senin kelas X-1 dan X-2 mesti PBB dulu. Kelas selanjutnya PBB di hari berikutnya. Aduh tambah apes ini hari.

First Prom Night
Aduh, HP pake acara low lagi. Pulangnya gimana ni. Masa musti jalan kaki?! Ampe gempor juga belum sampai. Mana dah sore, angkutan udah enggak ada! Mampus deh aku. Sempurnalah sudah kesialanku di hari ini.
"Hai!!! Kamu yang tadi jadi paskib ya?" sapa cowo' tadi pagi.
"Och, ya... ya itu saya. Kenapa pak?" jawabku.
"Cuma mau pastiin aja. Lagi tunggu angkutan ya? Tapi ini udah sore. Arah rumah kamu ke timur kan? Ayo aku boncengin, kebetulan kita searah" rentetan ucapan cowo' itu.
"Ah, tidak usah pak, nanti ngerepotin. Tuh ada bus. Aku naik bus aja. Terima kasih tawarannya" ucapku ngaco, karena rumahku enggak bisa dijangkau pake bus. Dan berharap Cowo' ini cepet pergi.
Cowo' itu masih nangkring di atas motor kerennya. Dia ngeliatin aku sambil senyum, saat aku nyetop bus, dan busnya enggak berhenti. Dan dia ngacungin helm ke aku. Terpaksa aku terima helm dari cowo' itu.

Cowo itu mengantarku seperti dia sudah tau rumahku. Tanpa aku bilang berhenti di depan rumahku dia sudah berhenti.
"Terima kasih atas tumpangannya pak. Saya enggak tahu gimana nasib saya kalo bapak enggak datang tadi" ucapku dengan agak malu.
"Ya, sip...! ohya, kalau di luar jam KBM, kamu panggil aku kakak aja dech ya. Kadang aku geli sendiri. Aku kan lum punya anak bahkan istri pun belum, masa di panggil pak, rasanya gimana gitu. Namaku Fatah, guru TIK baru di SMA" ucapnya sambil mengulurkan tangannya yang besar.
"Namaku Tasya. Aduh pak maafkan saya bukannya tidak mau, tapi rasanya kurang sopan jika saya panggil bapak dengan sebutan kakak" ucapku sambil membalas uluran tangan Pak Fatah.
"Aku minta kamu panggil aku dengan kakak itu karena aku pengen punya adik cewe', dan lagi pula aku udah kenal kamu sebelumnya. Kamu anak yang ringan tanggan" terang Pak Fatah.
"Hem, kenal saya sebelumnya?" tanyaku dengan alis yang menyatu.
"Iya, saat kamu tolongin saya kemarin, inget?" ucap Pak Fatah.
"Tunggu dulu, apa bapak tinggal di gang Rahula, yang kemarin ngejar-ngejar truk sampah?" ucapku dengan rasa geli mengingat hal lucu itu.
"Yapz, dan kamu ngejar-ngejar truk itu dan menyuruhnya untuk mundur. Dan... jangan keras-keras yang bilang ngejar-ngejar truk sampahnya, aib itu. Dan satu lagi, aku pernah lihat kamu mau nanggis saat kucingmu di serang kucing lain. Dari situ aku tahu kalau kamu itu seorangg yang penyayang" ucapnya dengan senyum yang lebar menghiasi wajahnya. "Dan, boleh enggak kalo aku panggil kamu dengan ade?" ucapnya.
"Asal bapak enggak bakalan ngasih saya nilai jelek,becanda kok! Boleh, lagi pula memang kak Fatah masih belum pantas di panggil bapak, becanda! Hehe, serius! Kakak punya kakak?" candaku.
"Punya. Mau tahu berapa?" tanyanya cekikikan. "Tujuh cowo' semua. Dan satu ade juga cowo'. Makanya aku pengen punya adik cewe', begitu" ucapnya.
"Oke kalo gitu kita deal! Aku juga kangen dipanggil ade lagi. Soalnya kakakku sudah meninggal. Hem, ohya mau mampir?" tawarku.
"Aku turut berduka. Enggak, makasih kapan-kapan aja. Oke aku pulang dulu ya. Jangan sungkan main ke rumahku ya" katanya.
Rasanya asik bisa dengar aku dipanggil ade lagi. Rasa sepi yang selalu datang ketika aku tidak bersama sahabat dan kakakku itu sirna sudah. Aku sering datang ke rumah kak Fatah bersama sahabat-sahabatku. Apalagi adik kak Fatah yang namanya Fano satu kelas denganku, dan kini menjadi sahabatku juga. Aku dan sahabat-sahabatku diterima dengan baik oleh keluarga Kak Fatah, dan juga sebaliknya. Dan bahkan sahabat-sahabatku boleh memanggil kak Fatah dengan panggilan kakak.
###

Tak terasa sudah satu tahun berlalu. Pelajaran, guru, dan karyawan semuanya funky. Kak Fatah yang masih muda, lajang, dan juga ganteng, satu tahun ini menjadi idola para murid.
Hari Sabtu yang fun, udara sangat sejuk. Hari ini tahun ajaran akan segera usai. Seperti biasa di akhir tahun ajaran akan diadakan acara yang sangat digemari oleh para siswa. Di acara ini banyak yang mempergunakan untuk menunjukan perasaannya kepada belahan hatinya, dan ajang pamer baju baru. Ya, nama acaranya Prom Night, dan ini adalah prom night pertamaku.
"Ohya, Tasya, kamu udah dapet teman buat prom night?" Tanya Fano yang membuat mukaku merah merona. Karena aku udah di ajak ma orang paling ganteng dan terkenal di sekolahanku.
"Sudah, kau tahu siapa dia? Argh... dia Rian. Aku enggak bisa bilang enggak. Maaf Fano! Ohya Aida belum dapet tuh!" ucapku girang.
"Ohya, tentu. Kau pasanganku Aida" ucap Fano.

Malam pun menyapa kami. Rian pun sudah menjemputku, dan kami langsung pergi ke sekolahan. Aku di sana bertemu Rika dengan Bimo, sang pakar kimia, cocok dengan Rika yang pekerja keras. Dan juga, Tiwi bersama Egi si jago ngedance, dan aku bersama dengan Rian si kapten sepak bola kebanggaan sekolah. Och, aku kok enggak ketemu Aida dan Fano ya, dimana sih mereka?!
"Cukup Rian, aku sudah kenyang, benar-benar kenyang" ucapku sambil menahan tangan Rian yang mau menyuapiku kesekian kalinya.
"Kalo begitu ayo ikut aku!" ajak Rian sambil menuntunku kebelakang sekolahan yang penuh dengan pohon-pohon besar, dan sebuah gudang yang menyeramkan. Rasa kwatir dan heran mulai menyelimutiku.
"Dan inilah kejutan untukmu. Kau takut? Ohya tentu, jawabannya takut" ucap Rian sambil mengambil pisau lipat di saku jas-nya. Dia mulai mendekatiku dan berbisik di telingaku.
"Kau adalah anak pembunuh ayahku. Dan kau tahu kenapa kakak tercintamu bunuh diri? Hahaha... tak ada yang tahu, karena aku yang mendorongnya dari lantai tiga kampusnya. Dan jangan coba macam-macam denganku. Karena itu tidak akan membantumu. Tapi akan membuat loe lebih cepat mati. Jadi, diam dan turuti gue!" ucap ancaman dari Rian.

Aku tak dapat berbuat apapun. Aku hanya diam membisu. Dia... dia yang membunuh kakakku. Dan apa yang dia maksud dengan membunuh ayahnya? Pikiranku tak dapat berpikir dengan jernih.
"Loe pilih bunuh diri loe sendiri atau gue yang bunuh loe? Jawab! Woi... punya mulut enggak sih loe? Jawab bego!" bentak Rian.
"Argh, ya...! Sebenernya apa salahku padamu atau ayahmu?" tanyaku dengan badan yang gemetar dan dingin.
"Loe pinggin tahu salah loe apa? Hah...? oke gue akan cerita ke loe. Emang loe enggak salah, tapi bokap loe dan geng-nya yang dah ngancurin hidup keluarga gue. Bokap loe dan geng-nya ngeracunin bokap gue ampe mati. Enggak ape situ aja, bokap loe juga pecat nyokap gue. Dan gue pinggin bokap loe ngrasain sedih dan sakitnya kehilangan kedua anaknya dengan cara yang enggak wajar. Loe tahu GUE BENCI KELUARGA LOE, termasuk loe!" terang Rian dengan amarah yang meluap-luap.
"Aida bawa Tasya lari! Rian kamu kurang ajar!" ucap Fano sambil menerkap Rian yang membuatku terpaku, kakiku lemas, aku hanya diam di tempat walau aku ditarik-tarik oleh Aida. Aku terpaku pada baku hantam Rian dan Fano.
Tak lama kemudian, terdengar gemuruh banyak sepatu yang semakin lama semakin dekat. Kakiku tak sanggup lagi menopang badanku, akupun ambruk ke tanah, menanggis bagai anak kecil.

Baru ku sadari aku sudah berada di kamari di kelilingi oleh orang-orang yang ku sayangi.
"Hem... ayah, katakana padaku jika bukan ayah yang membunuh ayah Rian, katakana yah!" pintaku dengan air mata yang mulai keluar.
"Kau tahu Tasya, ayah tak tega melukai kucing kesayangan mu, walau ayah tidak suka kan? Masa ayah tega membunuh orang! Itu tidak mungkin" jawabnya dengan wibawa. Dan ayah menceritakan dari awal, dan itu membuatku lega.
"Ohya, mana Aida dan Fano? Aku harus berterima kasih" tanyaku dengan mata melihat sekeliling. Dan menemukan sosok yang kucari.
"Kami di sini, Tasya" ucap Fano.

Aku tersenyum, dan... hei tangan Fano, aku langsung bangun dari tempat tidur.
"Kenapa ini? Kenapa tanganmu Fano? Pasti kena pisaunya Rian ya? Oh... aku minta maaf ga..." ucapaku terhenti saat telunjuk tangan Fano ditempelkan di bibirku.
"Hei, tenang aja, aku masih hidup kan? Luka seperti ini bukan masalah, demi kamu Tasya. Asal kamu selamat" ucap Fano yang membuatku ingin menangis. Aku langsung memeluk sahabatku itu dengan erat.
"Dan,aku mencintaimu Tasya"bisikan Fano di telingaku yang membuatku melompat mundur.
"Apa? Kau gila Fano! Kau gila mengatakan itu di depan orang banyak seperti ini!" ucapku dengan air mata yang mengalir.
"Aku gila? Ya memang gila, karena aku telah mencintai gadis yang cengeng" ucap Fano sambil menghapus air mata yang membasahi pipiku, dan Fano memelukku.
Seisi kamarku tertawa yang membuat suasana menjadi hangat.
Dan inilah kisah first prom night ku yang tak berjalan mulus, tapi akan aku kenang. Karena aku mendapatkan pacar yang mencintaiku dengan tulus, yaitu Fano.
Dan nasib Rian, och... lupakan orang itu!

PROFIL PENULIS
Nama: Anasyah Dwi Nugraheni
FB: Nasya Steven Filan
Email: nasya_nugraheni@yahoo.com

TAK SEPERTI AKHIR SEBUAH CERITA

Karya Yuva Mega Pratiwi
“Entah apa yang terjadi dengan hidupku . Mengapa mereka selalu pergi meninggalkanku ? Kenapa Tuhan ?”
Keisha . Seorang cewek yang entah karena hal apa menjadi sial dalam hidupnya . Hmm , entahlah apakah ini sebenarnya adalah kesialan ataukah rencana Tuhan yang tak pernah ada yang tau akhir ceritanya . Nama itu seolah-olah familiar di tengah publik remaja . Penulis novel dan cerpen dengan ciri khas yang tak dimiliki penulis lainnya. Banyak yang mengagumi karya Keisha namun tak sedikit juga yang mencibir karyanya . Entah karena mereka iri ataukah karena memang karya Keisha sangat membosankan. Ya , akhir dari setiap cerpennya berisi tentang kematian dengan banyak jalan menuju kematian itu . Tentulah bergenre romance .“Keisha adityasari. Selamat cerpen anda kami muat di tabloid remaja ini. Ini honor yang kamu terima. Sekali lagi selamat ya ,” ucap pimpinan redaksi sebuah tabloid terkemuka kepada Keisha.“Wah.. terimakasih banyak pak. Terimakasih ..” ucap Keisha menjabat tangan pimpinan itu.
Tak Seperti Akhir Sebuah Cerita
Dengan langkah semangat dia meninggalkan ruangan itu. Ketika dia sampai di tempat parkir , dia segera berlari dan memeluk seseorang di dekat motornya.“Akhirnya cerpenku dimuat juga Ega ..” ucap Keisha senang.“Selamat ya. Kamu kayaknya happy banget. Ini bukan yang pertama lho sayang cerpen kamu dimuat. “ sahut cowok yang dipanggil Ega itu .“Ngga tau aahh. Mungkin mereka terharu ngeliat ending ceritanya sayang ..” ujar Keisha tertawa.“Emang endingnya apa ?” tanyanya penasaran.“MATI !” jawab Keisha singkat.
Dia hanya terheran-heran mendengarnya. Ya , Ega adalah pacar Keisha sekaligus cinta pertamanya. Keisha sangat mencintai Ega begitu pula sebaliknya.“Aku traktir makan gimana ?” ajak Keisha tersenyum riang .“Ngga aahh. Beliin ice cream aja ya. Aku lagi ngidam ice cream sayang ..” ucap Ega manja.Keisha mencubit lengan Ega dan mereka berdua meluncur menuju kafe langganannya.*****
Tanah kuburan yang masih merah itu terlihat basah terkena guyuran air hujan. Dan di dekat sebuah makam , terdapat seseorang yang menangis menahan duka lara.“Kenapa Kau begitu cepat memanggilnya Tuhan .. Kenapa ?” ucapnya terisak . Kemudian seorang wanita separuh baya mendekatinya.“Keisha , ayo pulang . Hujannya semakin deras. Ntar kamu sakit ..” ajak wanita itu.“Ngga tante .. Keisha mau nemenin Ega disini. Keisha ngga mau Ega sendirian disini. Keisha mau nemenin Ega ..” ucap Keisha terus terisak .
Wanita itu tak kuasa menahan airmatanya. Anak yang dia miliki satu-satunya telah pergi. Kecelakaan yang merenggut nyawa Ega dihari dimana saat Ega dan Keisha ingin merayakan pemuatan cerpen dengan makan ice cream berdua.“Andaikan aja kita ngga pergi, kecelakaan itu ngga akan terjadi.” Ucap Keisha menyesal.“Keisha , udah ya. Itu kecelakaan. Siapa yang sangka akan terjadi seperti itu. Ayo sayang , pulang. Ega ngga akan tega ngeliat kamu disini terus. Kamu harus bangkit , kamu ngga boleh lemah. Perjalanan kamu masih panjang. Masih panjang Keisha ..” nasihat ibunda Ega.Dengan berat hati , Keisha pergi meninggalkan makam itu dan pulang ke rumahnya. Di dalam perjalanan pulang , Keisha tak sanggup menahan airmatanya. Kenangan demi kenangan terkuak semua. Saat dia dan Ega pertama kali bertemu , saling mengenal , masa PDKT sampai akhirnya pacaran hingga dua tahun. Entah apa yang Tuhan rencanakan untuk Keisha nanti . Yang jelas dia merasa hidupnya hampa. Kehilangan Ega seperti kehilangan separuh hatinya yang telah hancur seketika. Harapan dan masa depan yang telah direncanakan kini tinggal kenangan dan semua terkubur bersama jasad Ega.*****
Keisha mempunyai dua sahabat . Mereka adalah Dira dan Anya. Mereka bertiga telah saling mengenal sejak mereka masih di sekolah dasar. Sekarang mereka berdua kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Apabila diantara mereka ada yang terkena musibah , maka semuanya akan saling membantu. Tak terkecuali saat kepergiaan Ega dua tahun lalu . Dira dan Anya selalu ada untuk Keisha , memberikan semangat , dukungan dan pastinya berusaha mengembalikan senyum Keisha yang telah lama sirna dan tertutupi dengan senyumannya yang sok tegar itu.“Keisha .. besok kamu ke kampus ngga ?” tanya Dira via ponsel .“Ngga dir . Kenapa emangnya ?” jawab Keisha balik nanya.“Jalan yuk..” ajak Dira memohon.“Kemana lho ?” tanya Keisha lagi.“Apa kata besok deh .. daaaahh curut .” jawab Dira mengakhiri percakapan singkat itu .Keisha bener-bener sebel. Dira selalu memanggilnya dengan sebutan curut. Iihh , itu kan binatang sejenis tikus dan Dira juga tau kalau Keisha paling anti sama yang namanya tikus dan sebangsanya itulah .
Keesokan harinya , mereka berdua jalan . Dira tergolong cowok yang sedikit brutal —dengan tanda petik pastinya— karena apa ? Biarpun penampilannya yang sedikit kacau terutama dibagian rambut dan pakaiannya tapi Dira sosok yang baik. Dia cowok yang pengertian , perhatian dan tentunya bukan cowok playboy.“Kita mau kemana Dir ?” tanya Keisha bingung .“Udah ngikut aja kau curut ..” jawab Dira terkekeh sendiri.“Hei kecoak . Kamu kok manggil aku curut sih ?” bentak Keisha jengkel .
Dira tertawa terbahak-bahak .“Kasih alasan dong .. Apa kamu mau aku ngambek ?” ancam Keisha masih dengan perasaan jengkel .“Kita udah sampai ..” ucap Dira . Dan mereka berdua turun dari motor.“Wah .. tempat apa ini Dir ? indah banget ….” ucap Keisha takjub.
Mereka berdua berada di atas bukit. Pemandangan yang terhampar adalah padang rumput hijau dan dari situ mereka bisa melihat semuanya. Perkotaan , laut dan hamparan pepohonan .“Kamu disini mau teriak , mau marah , mau loncat-loncat kayak orang gila ngga akan ada yang peduli . Silahkan aja kalau kamu mau .” ucap Dira tertawa kemudian dia tiduran di atas padang rumput sambil menatap langit biru .“Ini indah . Aku pertama kali kesini .. Sumpah indah banget Dir ..” sahut Keisha tiduran juga disamping Dira .“Andai aku kesini sama orang spesial ..” ucap Dira pelan.“Apa dir ?” tanya Keisha padanya .“Ohh ngga kok. Eh , kamu pengen tau kah kenapa aku manggil kamu curut ?” ucap Dira bangun dari tidurannya .“Iya dong ..” sahut Keisha penasaran .“Begini lho .. Waktu aku ngeliat foto kamu di meja belajarku , terus tiba-tiba ada tikus putih kecil di dekat foto kamu. Eh , aku langsung ketawa aja dan langsung punya ide manggil kamu dengan sebutan curut ..” cerita Dira tertawa terbahak-bahak .“Emang curut sama aku mirip ya ? Eh , tapi fotoku ngapain dipajang di meja kamu Dir ?” tanya Keisha menatap mata Dira.“Ohh , itu .. anu .. Hmm , mau alasan apa ya aku ?” jawab Dira panik.
Keisha semakin menatap tajam mata Dira. Karena tatapan itu , Dira tak kuasa menyembunyikan perasaannya. Dia memegang tangan Keisha dan memantapkan hati mengatakan hal yang selama ini terpendam .“Aku cuma mau bilang kalau aku cinta kamu.” ucap Dira yakin .“Apa ? Dira kamu itu sahabat aku ..” ujar Keisha melepaskan pegangan tangan Dira.“Apa salah ?” tanya Dira meyakinkan Keisha.
Keisha menitikkan airmata. Dia teringat saat Ega mengungkapkan perasaan kepadanya . Namun dia segera menepis ingatan itu. Ega udah tiada , sekarang yang harus dijalani Keisha hanya realitasnya saja. Dan itu semua tertuju pada satu orang , yaitu Dira .“Keisha , aku mencintaimu. Mau ngga kamu jadi pacarku ? jadi pengisi hatiku seutuhnya ?” tembak Dira seketika itu juga.“Dir , apa ini ngga terlalu cepat ? rasanya baru kemarin aku kehilangan Ega , masa sekarang aku harus memulai baru dengan cinta baru ?” tanya Keisha bingung.“Keisha . Aku mencintaimu udah lama. Waktu kamu masih sama Ega , aku udah punya rasa ini tapi aku hanya bisa memendamnya . Aku tak bisa mengungkapkannya sama kamu . Aku tak memaksa kamu untuk mencintaiku lebih dari sekedar sahabat. Aku akan membuat kamu belajar mencintaiku dan melupakan Ega seutuhnya . Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk kamu. “ jawab Dira tulus .“Dira kamu ngga kenapa-kenapa kah kalau kayak gitu ?” tanya Keisha memastikan.“Ngga Kei , tapi kamu harus janji kalau kamu bisa mencintai aku.” Jawab Dira tersenyum.
Keisha mengangguk pelan dan kisah baru telah terbuka antara Keisha dan Dira sebagai sepasang kekasih . Waktu mereka berdua memang tak banyak untuk bertemu dan mereka tak melewatkan kesempatan itu untuk berkeliling bukit , menikmati suguhan alam yang begitu indahnya , menghabiskan waktu dengan canda tawa dan penuh dengan butiran cinta .“Dira , ntar mampir ke tempatnya om Tio ya. Aku mau nerbitkan novel nih. Untung aja aku bawa filenya.” ajak Keisha saat mereka menikmati makanan di salah satu warung di daerah itu.“Siap putri curut ..” ucap Dira setuju.“Iih , nyebelin kamu Dir ..” ucap Keisha tertawa.“Eh ngomong-ngomng novel kamu tentang apa ? Pasti endingnya tentang kematian kan ?” tebak Dira sambil makan gorengan.“yuuppss , seratus buat kamu.” jawab Keisha tersenyum.“Kamu ngga pengen sekali-kali buat happy ending gitu , sayang lho novel bagus tapi endingnya mati.” saran Dira padanya.“Kapan-kapan aja deh. Aku masih pengen nulis novel dengan akhir yang menyakitkan.” bantah Keisha tertawa.“Tapi janji ya kamu harus buat cerita happy ending buat aku?” pinta Dira serius.“Hmmm ,, iya janji ..” ucap Keisha setuju.
Dira tersenyum penuh arti.“Eh Kei , bentar ya. Aku ada sesuatu buat kamu. Kamu tunggu disini bentar. Aku ambil di jok dulu . I love you..” ucap Dira sambil pergi.Keisha hanya tersenyum menatap kepergian Dira dengan perasaan campur aduk. Entah ini perasaan bahagia ataukah perasaan takut kehilangan orang yang dia sayang lagi . Kemudian Keisha meminum teh hangat yang telah tersedia.
BRRAKKKKKKK !!Gelas itu terlempar dari tangan Keisha. Suara dentuman keras itu membuat darah Keisha berdesir lebih cepat dari biasanya . Perasaan tak enak tiba-tiba merasuki kalbunya. Dia segera berlari mendekati arah suara itu dan terlihat banyak orang yang mengerumuninya .“Dira !!!!!!!!” teriak Keisha panik setelah dia melihat orang yang terkapar tak berdaya itu adalah Dira , kekasihnya .“Kenapa bisa jadi kayak gini Dir ? Dira kamu harus kuat ..” ucap Keisha didekat Dira.
Orang-orang pun bersiap membawa Dira ke rumah sakit. Tapi saat mereka bersiap membopong Dira , Tuhan berkehendak lain. Dira meninggal.“Dira , kamu jangan tinggalin aku. Aku ngga mau kehilangan kamu . Dira , aku harus bangun Dir , ayo bangun . Jangan buat aku kayak gini. Kamu ngga boleh pergi. Dira , bangun ! Kamu jangan pergi . Aku ngga mau kehilangan kamu setelah aku kehilangan Ega. Dira , bangun Dir !!!! “ teriak Keisha terisak pilu.“Dira ….” ucap Keisha lemas dan semuanya berubah menjadi gelap .*****
Keisha tak tau apakah yang sedang Tuhan rencanakan untuknya . Mengapa dua kali dia merasakan kehilangan orang yang dia sayang dan dengan cara yang sama yaitu kecelakaan . Egad an Dira . Sosok yang mencoba membuat hati Keisha menjadi nyaman . Tapi kenapa Dira begitu cepat pergi ? Baru beberapa jam mereka menghabiskan waktu bersama sebagai sepasang kekasih tetapi Tuhan memanggil Dira dengan seperti itu. Apa yang Tuhan rencanakan terhadap Keisha ? Tak ada bahagia yang akan dia rasakan jika dia terus seperti ini .“Kei , kamu sabar ya . Tuhan punya rencana indah kok ,” hibur Anya membelai rambut Keisha.“Anya , aku salah apa ? Kenapa jadi kayak gini. Dua orang yang aku sayang pergi dengan cara yang sama . Aku ngga tahan dengan semua ini ..” ucap Keisha terisak .“Kamu ngga boleh putus asa . Kamu harus kuat .. Harus kuat Keisha , cinta yang lain sedang menantimu di luar sana . Kamu harus bangkit .” hibur Anya lagi .Keisha hanya mengangguk pelan . Airmatanya tetap mengalir pelan membasahi pipinya. Dia harus berjuang menjalani hari-hari setelah kematian Dira. Entah bagaimana cara dia memulai hari baru tanpanya atau bagaimana caranya dia membuka hati kepada cowok lain ?*****
Waktu pun berputar dengan cepat . Keisha menjadi sosok yang pendiam karena dia tak mempunyai semangat untuk hidupnya lagi. Tak ada cinta yang menghiasi hari-harinya kini .Suatu hari , Keisha mengunjungi TPU tempat Ega dan Dira beristirahat . Dengan membawa dua tangkai mawar putih. Airmatanya tak terbendung lagi melihat batu nisan yang telah tampak kusam itu .“Udah lama ya Ega kamu pergi ninggalin aku. Saat aku menemukan semangat baru itu , dia malah pergi ninggalin aku . Kamu gimana kabarnya dengan kehidupan kamu sekarang ? Aku hanya bisa memberikan do’a untukmu sayang . Semoga kamu dapat tempat terindah di surga.” Ucap Keisha terisak sedih.
Kemudian satu tangkai mawar putih dia letakkan di dekat batu nisan Ega. Tak jauh dari tempatnya itu , sepasang mata mengawasinya dengan perasaan yang tak menentu. Keisha segera melangkahkan kaki menuju makam Dira , kekasih barunya yang pergi dengan cara yang sama dengan Ega.“Hai Dira .. Kamu jahat tau ngga . Kamu pergi setelah kamu berhasil membuatku berharap sama cinta kamu. Kamu pergi disaat aku mulai bangkit dari keterpurukan . Tapi aku berhasil Dir , aku jatuh cinta sama kamu. Aku mencintai kamu seperti aku mencintai Ega. Kalian berdua berarti untuk hidupku , tapi kenapa kalian secepat ini pergi meninggalkanku ? Jujur , aku ngga sanggup …Oh iya Dira , aku masih inget pesan kamu sama aku. Kamu pengen aku buat novel atau pun cerpen dengan ending yang bahagia kan ? Aku akan memenuhi Dir .. Aku akan memenuhinya ,” ucap Keisha menunduk pilu.Setangkai bunga mawar putih dia letakkan seperti pada makam Ega. Kemudian dia pergi meninggalkan makam itu .“Putri curut kenapa sedih ?” tanya seseorang di belakang Keisha.“Dira …” teriak Keisha sambil membalikkan badan.
DEEGGG. Dia bukan Dira . Orang yang memanggil Keisha dengan sebutan curut itu bukan Dira melainkan seorang cowok dengan senyumannya yang entah karena apa bisa membuat Keisha menjadi nyaman .“Eh , keinget sama Dira nih..” goda cowok itu tertawa.“Siapa kamu ? kenapa memanggilku dengan sebutan itu ?” tanya Keisha emosi.“Putri curut jangan gitu kenapa sih..” sahut cowok itu cuek tanpa peduli dengan pertanyaan Keisha.“Jawab aku ! Kamu siapa ?” tanya Keisha lagi .“Aku adalah aku ..” jawabnya ngga jelas.
Emosi Keisha pun meledak. Dengan airmata yang masih mengalir , dia pergi dari makam itu dan mempercepat langkah kakinya.“Hei tunggu . aku minta maaf sama kamu . Aku ngga bermaksud buat kamu marah. Kenalin aku Keran. Aku adalah kakak Dira ..” ucap cowok yang mengaku Keran itu dengan langkah yang cepat mengimbangi langkah Keisha.“Apa ? kakak Dira ? Sejak kapan Dira punya kakak ?” tanya Keisha bingung.“Ya . Aku sejak kecil memang terpisahkan dengan Dira. Dira berada di Jakarta sedangkan aku berada di Palembang. Aku ikut tanteku karena dia tak mempunyai anak sehingga aku diangkat menjadi anaknya. Walaupun aku tak pernah pulang ke Jakarta tapi aku dan Dira tetap akrab kok. Dia banyak cerita tentang kamu lho.” jawab Keran tersenyum .Keisha terdiam .“kamu harus kuat curut. Jangan patah semangat ..” ucap Keran membelai lembut kepala Keisha. Keisha merasa sosok Dira hadir kembali dalam bentuk lain yaitu Keran. Ahh , tapi tetap saja . Dira adalah Dira . Keran adalah Keran. Mereka berdua berbeda walaupun mereka berdua adalah kakak adik .*****
Sejak perkenalan itu , Keisha merasa ada yang berbeda dengan dirinya . Dia bisa tersenyum dan menjalani hari yang suram seketika berubah menjadi cerah . Mendung itu sudah berganti.Suatu ketika , mereka berdua berjalan-jalan ke bukit tempat terakhir Keisya dengan Dira. Suasananya tak banyak yang berubah dan hampir tak ada ubahnya . Tetap sama , namun sosok Dira membuat hati Keisya menjadi teringat kembali.“Hei , udah aahh. Jangan sedih . Kamu harus buka lembaran baru ..” hibur Keran tersenyum.Keisya tak menjawab.“Keisya , katanya kamu suka banget ya bikin novel, iyakah ?” tanya Keran lagi.“Iya , aku suka bikin novel tapi novelku ngga pernah laku.” jawab Keisya tersenyum.“Pasti ada saatnya buat itu. Kamu perlu belajar lagi dan lagi. Pasti kamu akan jadi penulis terkenal. Percaya deh. Eh , tapi aku saranin jangan yang sad ending dong . Pembaca juga pengen cerita yang berakhir tanpa airmata.” ucap Keran membuat Keisya terdiam lagi.
Otak Keisya mulai berpikir. Dia selalu membuat novel atau pun cerpen dengan akhir yang miris , apakah ini berpengaruh dengan dunia nyatanya ? Apa ada kaitannya antara akhir cerita novel dengan kematian dua orang yang dicintainya ?“Aku punya hutang sama Dira ..” ucap Keisya memulai percakapan baru.“Apaan ?” tanya Keran singkat.“Aku akan membuat novel dengan kisah yang bahagia , bukannya selalu membahas tentang kematian . Tapi aku tak tau bagaimana caranya. Yang ada di pikiranku hanya kematian , kematian dan kematian .” jawab Keisya dengan mata berkaca-kaca.“Banyak hal yang membahagiakan di dunia ini . Yang harus kamu lakukan terlebih dahulu yaitu buat mood kamu bahagia , pasti akan dengan mudah untuk mencari inspirasi ..” saran Keran tersenyum .Mereka berdua kemudian berjalan menuju sebuah pohon . Pohon itu indah , bentuk dan pencahayaan yang didapat dari matahari membuat pohon itu seakan-akan menarik .“Eh , bentar ya Kei ..” ucap Keran tiba-tiba . Dia berlari meninggalkan Keisya sendiri.
Seakan pernah mengalami hal ini , Keisya berlari menyusul Keran. Ya , dia teringat saat Dira meninggalkan dia sendiri dan kecelakaan itu terjadi. Keisya tak mau hal itu menimpa Keran . Dia tak ingin .“Keran …” teriak Keisya menangis .Tak ada jawaban . Tetapi Keisya tetap berlari menuju jalan tempat Dira kecelakaan . Dia mencari Keran tetapi tak ada . Tiba-tiba ..“Awas Keisya ..” teriak Keran sambil menarik tangan Keisya.Terlihat mobil dengan kecepatan sangat tinggi hampir saja menabrak Keisya.“Kamu gapapa ?” tanya Keran khawatir.
Keisya terkejut. Airmata semakin deras membasahi pipinya .“Keran . Aku takut .. Aku takut ..” ucap Keisya menangis .“Udah , gapapa . Kamu selamat Kei .” hibur Keran mencoba menenangkan Keisya.“Aku takut kamu mengalami hal yang sama dengan Ega maupun Dira. Aku ngga mau Keran. Aku ngga mau kehilangan orang yang aku sayang untuk ketiga kalinya . Aku ngga mau ..” ucap Keisya menunduk .“Keisya , aku ngga akan mengalami hal itu . Oke ?? Aku tadi ngambil bunga tulip ini untuk kamu. Kebetulan aku tadi liat , makanya aku pengen memberi ini .” perjelas Keran sambil memberikan bunga tulip di tangannya.Keisya dengan tersenyum menerima bunga tulip itu .“Keisya , aku juga sayang sama kamu. Aku akan menjaga kamu , aku ngga akan meninggalkan kamu seperti Ega dan Dira. Aku janji .” ucap Keran tulus.
Setelah kejadian itu , mereka akhirnya sepakat menjalani hari baru dengan cinta yang baru. Ternyata akhir dari sebuah novel tak mempengaruhi kehidupan Keisya , dia hanya takut kalau hal itu berpengaruh dalam hidupnya. Cinta baru , semangat baru dan kebahagiaan baru telah menyapa hari Keisya . Ternyata dari kehilangan orang yang disayangnya , terdapat pengganti yang jauh lebih baik dan lebih menjanjikan kebahagiaan untuknya , sampai maut benar-benar memisahkan mereka berdua.