Tidak ada satupun
kegiatan manusia di dunia ini yang lepas dari aktivitas pendidikan, apakah itu
pendidikan informal, formal dan nonformal. Dengan kata lain pendidikan itu
mencakup seluruh asfek kehidupan sejak manusia pertama (Adam-Hawa) hingga
manusia modern sekarang ini. Sejakan anak manusia dilahirkan hingga ke liang
lahat (meninggal) semuanya membutuhkasn pendidikan, sekalipun mungkin bukan
pendidikan formal tetapi tetap saja dibutuhkan pendidikan informal dan
nonformal itu. Manifestasi kegiatan pendidikan itu dapat dilihat melalui
kegiatan antara lain seperti kegiatan ekonomi, social, politik, hukum,
pertanian, dan lain sebagainya yang menyangkut segenap asfek kehidjupan
manusia. Jabatan apakah yang dapat disandang, atau dilakoni oleh seseorang
manusia tanpa melalui pendidikan? Hal ini membuktikan bahwa betapa
pentingnya mempelajari ilmu pendidikan agar pendidikan itu tidak
salah arah.
Berbicara tentang
pengertian ilmu pendidikan tidak terlepas dari dua kata yang dipadukan
yaitu ilmu dan pendidikan. ilmu adalah
Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) tertentu.
Untuk
mengetahui kebutuhan anak, guru harus mempelajari ilmu yang berkaitan dengan
anak-anak. Tujuannnya adalah agar guru dapat memberikan pelajaran yang sesuai
dengan minat anak. Jadi, yang menjadi titik pangkal adalah anak.
Oleh kerena itu,
seorang guru memiliki tiga tugas utama:
Guru menyediakan
pengalaman belajar yang memungkinkan siswa menyusun rancangan belajar. Seorang
guru memungkinkan siswanya untuk menjalankan proses belajar atau membentuk
pengertiannya sendiri. Yang perlu diperhatikan di sini adalah guru menyediakan
pengalaman belajar bagi siswa itu sendiri. Mengajar dalam bentuk ceramah
bukanlah menjadi tugas utama seorang guru.
Guru memberikan
kegiatan-kegiatan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan membantu siswa
untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya atau mengkomunikasikan ide ilamiah
mereka. Dengan kata lain, guru memberi semangat kepada siswa untuk berpikir,
mencari pengalaman baru. Bahkan guru perlu memberikan pengalaman konflik.
Pengalaman konflik yang dimaksudkan yakni pemaparan mengenai sebuah kasus atau
persoalan yang perlu dipecahkan sendiri oleh siswa tersebut. Guru harus
menyemangati siswa.
Guru memonitor atau
mengevaluasi apakah proses berpikir siswa dan cara mengekspresikan pikiran
berhasil atau tidak. Guru mempertanyakan apakah pengetahuan siswa cukup untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang akan dihadapi. Sangatlah penting bahwa
seorang guru tidak pernah mengatakan bahwa pandangannya merupakan kebenaran
tunggal. Selalu terbuka kemungkinan terhadap perembangan baru. Guru yang baik
seharusnya tidak mengajukan solusi yang tunggal tanpa argumen terhadap satu
persoalan. Artinya menawarkan jawaban tetapi siswa diminta untuk menemukan
jawaban-jawaban alternatif.
Mengajar
bukan dimaksudkan memindahkan (mentransfer) pengetahuan dari guru kepada
siswa. Mengajar merupakan kegiatan membantu siswa untuk mengembangkan
pemikirannya sendiri. Mengajar merupakan bentuk pastisipasi guru dalam proses
membentuk pengertian siswa. Dengan kata lain, aktivitas mengajar merupakan
suatu bentuk dari proses belajar. Mengajar yang baik hanya menjadi mungkin
kalau si pengajar berpikir dengan baik. Berpikir yang baik merupakan syarat
mutlak yakni mempunyai pengertian yang jernih dan susunan pengertian yang
teratur. Belajar dalam pengertian ini dimasudkan sebagai usaha seseorang untuk
berpikir secara konstruktif. Proses berpikir jauh lebih penting dari pada
sekedar berusaha untuk mendapatkan jawaban. Siswa dibantu untuk berpikir, siswa
berusaha untuk mencari jawaban sendiri.
* Tidak untuk
di copy paste, Hanya dijadikan referensi untuk kalian guru-guru hebat & Guru
Profesional... Thank You, Sukma Sukardi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar