Perkembangan fisik ditunjukan untuk
mengembangkan 6 aspek yang meliputi :
1.
Koordinasi
2.
Kekuatan
3.
Ketahanan
4.
Kecepatan
5.
Kecekatan
6.
Keseimbangan
Perkembangan
fisik anak dapat diukur dari beberapa hal.
Pertama
dari berat badan anak. Berat badan anak pada umur tertentu dicatat dan
dicantumkan dalam kartu menuju sehat {KMS}. Warna yang lebih mudamenunjukkan
pengurangan berat,sedangkan warna yang lebih tua menunjukkan pertambahan berat.
Dengan KMS dapat diketahui apakah berat badan anak kurang, normal atau
berlebih. Berat yang kurang dan berlebih bukan merupakan berat ideal. Anak yang
terlalu gemuk justru todak diinginkan. Berat badan yang ideal barada di tengah
warna hijau dalam KMS.
Kedua, perkembangan fisik anak juga
dapat diketahui dari tinggi berat badan anak. Memang tinggi badan anak sangat
variatif, dipengaruhi oleh factor genetis dan lingkungan. Akan tetapi
perbandingan antara berat dan tinggi badan merupakan tolak ukur yang baik
perkembangan fisik anak.
Ketiga, perkembangan fisik anak
dapat dilihat dari perkembangan motoriknya. Anak yang secara fisik berkembang
baik akan menampilkan gerakan yang baik. Selain itu kesehatan badan, aktivitas,
dan gerak refleks pada anak juga mencerminkan kesehatan. Pada bayi sebagian
besar gerakan bersifat refleks, yaitu refleks untuk mempertahankan diri,
seperti menangis merupakan refleks yang berarti haus, lapar, kedinginan,
kepanasan, atau sakit. Ketika dewasa, gerakan pada umumnya terkoordinasi dan
kompleks. Bermain sepak bola, memanjat tali, berlari adalah contoh gerakan yang
kompleks dan membutuhkan koordinasi berbagai anggota badan.
Ciri utama anak usia prasekolah adalah bergerak. Saat terjaga
hampir seluruh waktunya dipergunakan untuk bergerak, gerak kasar yang
menggunakan sebagian besar tubuhnya seperti berlari, memanjat, melempar atau
gerakan yang hanya melibatkan sebagian kecil tubuh seperti mendorong
mobil-mobilan, menggunting, menempelkan kertas, memakaikan baju boneka, atau
menggambar.gerakan yang pertama dikenal sebagai keterampilan gerakan kasar atau
gross motor skills dan yang kedua adalah keterampilan gerakan halus atau fine
motor skills. Kedua macam gerakan ini memungkinkan anak untuk bermain sepanjang
waktu. Karena itu pula masa prasekolah disebut pula sebagai masa bermain.
a.
Keterampilan
gerakan kasar
Pada
usia 3 tahun anak mampu berdiri diatas satu kaki, namun hanya untuk beberapa
detik saja. Ketika mencapai usia 4 tahun, ia sudah mampu berdiri diatas satu
kaki, dan menan gkap bola yang dilemparkan kepadanya. Pada usia 5 tahun ia
sudah dapat meloncat hampir 1 meter jauhnya dan malahan sebagian anak sudah
mampu bermain sepatu roda. Bahkan kegiatan bergerak yang tertinggi dari seluruh
rentang kehidupan manusia adalah pada usia 3 tahun. Keterampilan gerakan kasar
berbeda pada setiap usia, pada umumnya anak usia 3 tahun masih menyukai
gerakan-gerakan yang sederhana seperti meloncat-loncat, dan lari bolak-balik,
mereka melakukan gerakan tersebut hanya demi kesenangan bergerak belaka.
Pada
usia 4 tahun, anak masih tetap menyukai gerakan-gerakan melompat, meloncat dan
sejenisnya seperti tersebut diatas, namun sekarang gerakannya lebih berani dan
suka berebutan. Pada usia ini anak mampu naik tangga dengan menggunakan satu
kaki untuk setiap anak tangga, tapi masih dalam tingkat belajar menggunakan
cara tersebut untuk menurungi tangga.
Pada
usia 5 tahun, anak makin berani dibandingkan dengan ketika masih umur 4 tahun.
Memanjat pohon atau menaiki tangga yang lebih tinggi bukan masalah bagi mereka.
Pada usia tersebut anak sering beradu lari dengan temannya atau dengan orang
tuanya.
Keterampilan
motorik kasar seperti itu sudah jauh lebih maju dari sekedar gerak refleks
merupakan persyaratan untuk olah raga, menari dan aktivitas-aktivitas lain
nantinya. Memang cara bermain anak usia prasekolah sering kasar dan mereka
sering berguling-guling.
b.
Ketermpilan
gerakan halus
Pada
usia 3 tahun kemampuan gerakan halus anak belum terlalu berbeda dari kemampuan
gerak halus pada masa bayi. Meskipun saat ini sudah mampu menjumput benda
dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya, tetapi gerakan itu sendiri
masih sangat kikuk. Contohnya ketika anak mampu membuat menara dari balok.
Menaranya belum lurus walaupun dibuat dengan konsentrasi penuh, seperti pula
pada saat anak menyusun puzel, gerakan kasar pada waktu meletakkan
keping-keping puzel, acapkali kurang pas atau dipaksakan.
Pada
usia 4 tahun, koordinasi motorik halusnya secara subtansial sudah mengalami
kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat. Malahan cenderung ingin sempurna.
Pada usia 5 tahun koordinasi motorik halusnya sudah lebih sempurnah lagi.
Tangan, lengan dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata.
Keterampilan
gerak halus yang paling utama adalah kemampuan memegang pinsil dengan tepat
yang diperlukan untuk menulis kelak, pada awalnya anak memegang pinsil dengan
cara menggenggam pinsil dan digunakan hanya untuk mencoret-coret. Cara ini
dilakukan pada usia 2-3 tahun, setelah itu cara memegang pinsil lebih baik
lagi. Tidak semua jari-jarinya digunakan melainkan hanya jempol dan
telunjuk.
Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak
Masa yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan
perilaku. Namun yang saya bahas disini gangguan pertumbuhan fisik dan motorik.
1.
Gangguan
pertumbuhan fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi
gangguan pertumbuhan diatas normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal.
Menurut soetjiningsih (2003), apabila grafik berat badan anak lebih dari 120%
memungkinkan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal, sementara itu
apabila gerafik berat badan dibawah normal kemungkinan anak mengalami
kekurangan gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Ukuran
kepala juga menjadi salah satu ukuran
yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Lingkaran kepala yang lebih dari normal biasanya anak menderita
hidrosifalus, megaensifali, tumor otak, ataupun merupakan variasi normal.
Apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi
mental, malnutrisi kronis, ataupun hanya merupakan variasi normal. Gangguan
penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi
terjadinya gangguan yang lebih berat
Menurut Hendarmin (2000) tuli pada anak dapat disebabkan karena
faktor pranatal dan posnatal. Faktor pranatal antara lain adalah genetik, dan
infeksi TORCH yang terjadi selama kehamilan, sedangkan faktor posnatal yang
sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait
dengan otitis media.
2.
Gangguan
perkembangan motorik
Pertumbuhan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Salah satu penyebabnya adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromoskuler.
Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik
sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan
sumsung tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan
perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau
hipotonia, serta dapat juga menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik .
penyakit neuromuskuler seperti muskuler distrofi merupakan gangguan
perkembangan motorik yang selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor
lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam
perkembangan motorik. Anak yang tidak memiliki kesempatan belajar seperti
sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan
dalam mencapai kemampuan motorik.
Tahapan
Perkembangan Fisik Motorik
Manusia adalah
makhluk yang selalu berkembang. Bermula dari dalam kandungan, lahir kemudian
menjadi dewasa, tua dan meninggal.
1) Masa natal
Adalah masa dimana manusia memasuki tahap dalam
kandungan sampai 1 bulan. Natal terbagi menjadi 2 tahap,yaitu :
• Preonatal (dalam
kandungan sampai dengan dilahirkan)
• Neonatal (Masa lahir
sampai 1 bulan)
Aktifitas gerak pada masa
ini meliputi gerak reflex sederhana,seperti :
a. Gosok-menggosok
b. Menggenggam
c. Membengkok
d. Meluruskan
e. Mengatur sikap.
2)
Masa bayi ( Infancy )
Masa bayi adalah masa
sejak individu dilahirkan sampai berusia 1 tahun atau 2 tahun.Tingkah laku
meliputi tingkah laku yang disadari serta dikendalikan dengan otot secara
bertahap berkembang kearah cephacaudal-proximodistal yaitu bagian kepala,
leher, togok sampai kekaki dan juga dari togok kebagian samping belakang.Beberapa
tingkah laku ini meliputi merangkak, menggulung, berjalan,serta menggenggam
yang disadari.
Pada masa ini gerakan yang terjadi,meliputi:
a. Menggangkat bahu ( 1 Bulan )
b. Menggangkat dada ( 2 Bulan )
c. Duduk dengan bantuan (4 bulan )
d. Duduk di pangkuan ( 5 Bulan )
e. Duduk Sendiri (7 Bulan )
f. Berdiri dengan bantuan (8 Bulan )
g. Berdiri dengan berpegangan ( 9 BUlan )
h. Merangkak ( 10 bulan )
i. Berjalan di bombing (11 bulan )
j. Berdiri sendiri ( 14 Bulan )
k. Berjalan sendiri (15 BUlan )
3)
Chidhood
pertumbuhan pada usia kanak- kanak ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan relative stabil. Bagaimanapun juga tulangnya masih lemah. Pola gerakannya meliputi:
pertumbuhan pada usia kanak- kanak ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan relative stabil. Bagaimanapun juga tulangnya masih lemah. Pola gerakannya meliputi:
Kesamping, berjalan,
berlari dengan pelan, meloncat kira-kira 40 cm.
4)
Children ( Masa Kecil ) dan 5 Child ( Masa Anak – Anak )
Pada masa ini ,anak kecil
perkembangna fisiknya berada pada suatu tingkatan dimana secara organisme telah
memungkinkan untuk melakukan beberapa maam gerakan dasar dengan beberapa
variasinya.
5)
Prapuberty Puber & Adolisence ( Masa Puber dan Remja (12- 25 tahun )
Pada masa ini merupakan
waktu yang tepat untuk mengikuti beragam pertandingan atau kegiatan olahraga
.Mereka memiliki perhatian, kemauan, motivasi untuk meningkatkan penampilan
yang didapat pada masa kanak-kanak kecil hingga anak-anak.
6)
Adult
Perkembangan gerak orang dewasa merupakan periode penigkatan yang terhenti. Peningkatan kemapuan fisik orang dewasa bukan lagi merupakan peningkatan yang ditunjang oleh pertumbuhan yang menyertai bertambahnya usia. Masa dewasa sekitar 30-45 tahun.
Perkembangan gerak orang dewasa merupakan periode penigkatan yang terhenti. Peningkatan kemapuan fisik orang dewasa bukan lagi merupakan peningkatan yang ditunjang oleh pertumbuhan yang menyertai bertambahnya usia. Masa dewasa sekitar 30-45 tahun.
7)
Old Age & Middle Age
Pertambahan umur secara berkelompok umur 45
tahun atau lebih adalah menua. Bentuk olahraganya meliputi : Jogging pagi atau
jalan pagi,Senam jantung sehat, Sering bergerak sehingga tidak terjadi
penyumbatan pembuluh darah.
8)
Oldest Age
Pada masa inin aktivitas olahraga sangat
menurun ,adapaun bentuk aktifitas untuk masa ini sangat tua ini.:
a. Melakukan gerakan mudah contohnya berjalan
b. Senam jantung sehat (kalau memungkinkan)
Gizi
memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada
ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan
penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini
dapat berlanjut hingga dewasa.
Usia
0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga
kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat
diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai
untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak
memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi
periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat
ini maupun masa selanjutnya.
Untuk
mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young
Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan
yaitu;
1. memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir,
2.
memberikan
hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara
eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,
3.
memberikan
makanan pendamping
air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan,
4.
meneruskan
pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
MENGGUNTING
Gunting berguna untuk melatih anak agar mampu
menggunakan alat, dan melatih keterampilan memotong objek gambar. Hal ini
membantu perkembangan motorik, latihan keterampilan, sikap,
Keterampilan yang akan didapat oleh anak antara
lain; keterampilan mengoperasikan alat gunting untuk memotong kertas,
keterampilan memotong di tempat yang benar, kecermatan mana yang harus dipotong
dan mana yang tidak boleh dipotong, dan ketahanan mengerjakan memotong dengan
waktu yang relatif lama bagi anak.
Sikap anak didapatkan melalui suka atau tidak
suka dengan hasil potongan yang telah ia lakukan untuk ditempatkan
(dipasang pada tempat yang telah disediakan). Setelah ia potong sebelum
dibubuhi lem ia coba pasang pas atau tidak, bagus atau tidak, salah atau benar.
Dari beberapa hal yang telah ia lakukan tentu akan melatih sikap anak terhadap
yang ia lakukan dan tata cara yang harus dijalankan.
Apresiatif didapatkan dari penanaman sikap,
keterampilan, pengalaman berkarya, pengetahuan dalam memadukan guntingan
kertas, dan pewarnaan hasil karyanya. Maka ia akan memiliki rasa menghargai,
menyayangi, dan memelihara paling tidak karya yang telah ia dapatkan atau karya
temannya.
Gambar yang akan digunting oleh anak sudah
mempunyai batas yang telah dirancang oleh penggambar. Yaitu garis yang
membatasi gambar atau kontur bidang. Kegiatan menggunting dapat dilakukan
dengan cara menggunting di luar objek gambar yang diwarnai dengan jarak
kira-kira 1mm sehingga ruang warna tidak dikurangi dan tidak ada kelebihan
kertas putih. Objek gambar yang diwarnai dengan media kering akan tidak banyak
memiliki kesulitan pada waktu pengguntingan karena kertas tetap dalam keadaan
kering sehingga langsung dapat dipotong dengan menggunakan gunting. Objek
gambar yang diwarnai dengan media basah akan lebih sulit pemotongannya. Maka
harus ditunggu sampai gambar tersebut sampai kering benar, karena kertas yang
lembek akan gampang sobek bila digunting.
Melihat perkembangan anak,
kita dapat mengatakan bahwa semakin
besar anak, semakin besar juga keingintahuannya, seperti halnya pada
perkembangan fisik motorik anak pada saat menggunting maka dapat kita katakan
anak memiliki keingintahuan dengan permainan menggunting dan biasanya anak
bertanya “Bu, ini apa?” tanya seorang anak yang bernama Amira, tangan seorang menunjuk
gunting yang tergeletak disamping kanannya. “Namanya gunting, gunanya untuk menggunting
kertas, tetapi harus hati-hati memakainya, bagian ujungnya tajam, nanti kamu bisa terluka” jawab sang guru. Mendengar penjelasan itu, si anak
terlihat antusias dengan benda yang baru dikenalnya. Sejak saat itu anak tersebut merengek meminta gunting untuk memotong
kertas. Biasanya kita akan kawatir
tiap kali anak meminta gunting tapi sampai kapan kita harus melarang anak
bermain dengan gunting, kita harus mengajarinya sambil mengawasi anak.
Si anak pun sangat
senang dengan kegiatan barunya, menggunting. Ketika menggunting terlihat anak itu
sangat serius sekali, tangan kecilnya perlahan menggerakan gunting, matanya
terlihat bergerak mengikuti gerakan gunting. gurunya melihat, ia
begitu asyiknya. Anak itu bisa
berlama-lama menggunting dan ternyata ia semakin mahir, ia belajar bahwa tidak
hanya kertas yang bisa diguntingnya. “Bu, rumput ini boleh digunting ga?” ,
“Bunda, rambutku boleh gunting sendiri ga?” beberapa kali Amira
memberitahukan apa yang akan diguntingnya, tetapi adakalanya ketika guru lengah hampir
saja Amira menggunting kain seprai, buku, koran. “eitt, yang itu ga boleh
digunting, masih dipakai sayang” seru sang guru
saat itu dan terlihat wajah Amira terkaget-kaget. Waduh bahaya ni…
“Bu,
aku punya hadiah
buat bunda” ucapnya riang sambil memberikan lingkaran kertas menyerupai gelang.
“Ini gelang buat bunda sedang yang itu punya aku”. Amira sangat
bangga dengan hasil karyanya. “Wah, bagus sekali gelangnya, makasih sayang”
ucap guru lembut dengan sangat ramah. Amira pun
langsung jingkrak-jingkrak senang. Walaupun sobekan kertas ada dimana-mana,
walaupun dinding pintu tertempel macam-macam, yang penting Amira bisa
berimajinasi, berkreasi.
Bijak Melarang
Menurut
Emmy Soekresno, pendiri dan konsultan Jerapah Kecil Smart Start, ketertarikan
anak menggunakan gunting pada usia dini biasanya disebabkan karena sering
melihat orang dewasa atau anak yang lebih besar menggunakannya. Mungkin dia
melihat neneknya yang menggunting kain untuk dijahit, baby sitter menggunting
kardus susu, kapster memotong rambut Mama, atau kakak menggunting kertas
origami, sehingga ia penasaran untuk ikut mencoba menggunakan benda ”ajaib”
yang bernama gunting.
Bijakkah
orangtua yang melarang anaknya bermain gunting? Tahukah Anda, bahwa melarang
anak bermain gunting berarti menghambat perkembangannya? Menurut Kimberly
Wiggins dalam The Importance Teaching Your Child How to Use Scissors:
Manfaat Serta Hal Yang Di
Kembangakan Oleh Anak Dalam Mengunting
1.
Menguatkan otot-otot telapak tangan anak karena melakukan gerakan membuka dan
menutup tangan. Otot yang kuat akan membantu anak saat menggunting,
mememegang kertas, atau memegang sesuatu dengan menggenggam,
seperti memegang pasta gigi, sendok, maupun garpu.
2.
Meningkatkan kordinasi mata dengan tangan karena saat menggunting pandangan
harus selalu mengikuti gerakan tangan yang memegang gunting. Hal tersebut
merupakan pekerjaan yang sulit karena otak harus bekarja dalam dua sistem.
Kordinasi mata dan tangan yang bagus akan memudahkan anak juga saat mereka melakukan kegiatan menggunting sehingga hasil dari potongan yang di dapat
akan baik dan menggunting sesuai dengan pola yang ada.
3.Mendorong
anak untuk menggunakan kordinasi bilateral pada waktu yang bersamaan. Misalnya
pada saat anak menggunting lingkaran, maka satu tangan akan memegang kertas,
sementara yang tangan satunya membuka dan menutup gunting dan mulai memotong.
Kordinasi bilateral (menggunakan dua tangan dimana masing-masing tangan melakukan
pekerjaan yang berbeda) dilakukan anak setiap hari.
Alasan Kenapa Gambar Yang
Akan Digunting Garis Diberi Warna
Alasan kami memberikan
warna dalam gambar/pola yang akan digunting karena :
1. Warna luar pada garis
batas gambar (pola garis) berfungsi sebagai pemisah dan kami menggunakan warna
merah agar gambar terlihat lebih menarik bagi anak sehingga anak akan
menyenanginya dan tertarik dalam permainan menggunting.
2. Warna hitam pada pola
garis berfungsi sebagai tanda bahwa garis itulah yang nantinya akan di gunting
oleh anak.
3. Dan kami menggunakan warna
biru pada gambar geometri agar anak juga tertarik dan senang pada gambar itu
sehingga merasa senang dalam menggunting.
4. Sedangkan warna hitam pada
garis luar juga digunakan sebagai penanda agar anak hanya menggunting yang
berwarna hitam dengan tepat.
Tips Aman Belajar Menggunting
Jika
anak dilarang melakukan sesuatu, biasanya menumbuhkan rasa penasaran dan
keingintahuan yang besar. Bahkan, mereka akan mencoba melakukannya tanpa
sepengetahuan orang lain. Daripada itu terjadi, lebih baik ajari anak
menggunakan gunting dengan cara yang benar. Namun mengingat bahaya yang bisa
ditimbulkan dari penggunaan benda tajam seperti gunting, pisau, cutter, maka
berikan penjelasan juga mengenai resiko yang bisa terjadi jika gunting
digunakan dengan cara yang tidak benar.
1.
Berikan sesuai dengan usia. Menurut Tara Colder OTR/L dalam Developong
Coordination for Scissors Skills, perkembangan kemampuan menggunting dimulai
dari usia 1,5 tahun. Untuk tahap awal, berikan gunting plastik yang tidak
tajam, namun bisa memotong kertas. Namun seiring dengan usia, gunting plastik
menjadi tidak menarik karena kurang menantang. Berikan gunting tajam yang
ujungnya tumpul dan tetap berikan pengawasan saat memakainya.
2.
Ajarkan cara memegang gunting yang benar. Tunjukkan jari apa saja yang bekerja
dan bagaimana cara menggerakkan gunting supaya bisa memotong yang benar. Dasar
pengetahuan ini sangat penting untuk menghindari kecelakaan saat
menggunakannya.
3.
Berikan teknik menggunting dari yang paling dasar. Mulailah dari menggunting
garis lurus, kemudian meningkat dengan garis lengkung dan mengikuti alur serta
bentuk gambar.
4.
Ajarkan sikap yang benar saat memegang gunting. Mintalah si kecil untuk selalu
duduk saat menggunting, mematikan televisi supaya tidak mengganggu konsentrasi
pandangan mata, dan tidak berlarian membawa gunting sambil mengacung-acungkan
pada orang lain.
5.
Sampaikan bahwa dia hanya diijinkan menggunting kertas, bukan uang, rambut,
taplak maupun sprei. Letakkan kertas-kertas yang boleh digunting di tempat yang
mudah dia jangkau.
6.
Tunjukkan resikonya. Selain mengetahui tentang fungsi dan manfaat gunting, anak
juga perlu mengetahui resiko atau bahaya yang bisa ditimbulkan jika gunting
digunakan tidak sebagaimana mestinya. Tunjukkan secara konkret ketajaman
gunting yang bisa memotong kertas, tali, maupun rambut. “Hati-hatilah saat
menggunakan gunting, jika sembarangn memakai, ketajamannya bisa melukai kulit
kita!”
7.
Berikan supervisi. Apapun jenis gunting yang dipegang, orangtua harus tetap
mengawasi karena membiarkan anak kecil “bersenjata” adalah kondisi yang tidak
aman. Dia bisa membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri.
8.
Berikan pujian pada setiap kemajuan yang dialami anak. Meskipun hasil guntingan
anak belum rapih, berikan pujian sebagai penghargaan atas usahanya. Dorong dan
berilah motivasi bila anak masih mengalami kesulitan.
9.
Simpanlah gunting maupun benda tajam yang lain di tempat yang aman supaya tidak
mudah dijangkau anak-anak tanpa sepengetahuan kita.
Mengingat
banyaknya manfaat yang akan diperoleh, latihlah si kecil menggunakan gunting
sejak dini untuk meningkatkan ketrampilan motorik halus dan juga kemampuan
intelektualitasnya. Jangan tunda-tunda atau anak akan terhambat
perkembangannya
Aspek yang di kembangkan
oleh anak yaitu :
KOORDINASI
Pada gambar jelas terlihat
aspek perkembangan fisik motorik yang di kembangkan oleh anak adalah koordinasi
antara mata dan tangan karena saat menggunting pandangan anak selalu mengikuti
gerakan tangan yang memegang gunting. Hal tersebut merupakan pekerjaan yang sulit
karena otak harus bekerja dalam dua
sistem. Kordinasi mata dan tangan sangat membantu karena
dengan koordinasi yang dimiliki dapat memudahkan saat mereka melakukan kegiatan menggunting sehingga hasil dari potongan yang di dapat
akan baik dan menggunting sesuai dengan pola yang ada. Tetapi koordinasi mata
dan tangan yang dimiliki Mei dan Salsa belum begitu baik karena belum terlatih
dan pada saat menggunting itu adalah pertama kali mereka mendapat gambar yang
berpola sehingga hasil potongan menggunting terlihat belum sempurna. Koordinasi
yang belum matang itu dapat dilihat dari hasil potongan yang telah digunting
oleh anak itu.
Pada saat Mei dan Salsa
menggunting juga terjadi koordinasi, dimana koordinasi itu merupakan Koordinasi
Bilateral pada
waktu yang bersamaan. Koordinasi Bilateral ini
terjadi pada saat mereka
menggunting gambar, dimana
satu tangan akan memegang kertas, sementara yang tangan satunya membuka dan
menutup gunting dan mulai memotong. Kordinasi bilateral (menggunakan dua tangan
dimana masing-masing tangan melakukan pekerjaan yang berbeda). Dengan demikian jelas terlihat bahwa menggunting sangat baik untuk
meningkatkan perkembangan fisik motorik anak terutama pada aspek koordinasi
mata dan tangan serta aspek koordinasi bilateral anak.
RENCANA
KEGIATAN HARIAN
Kelompok : B
Semester /
minggu : I / 1
Tema / sub-tema
: diri sendiri
/ aku
Hari / tanggal :
INDIKATOR :
- Nilai Agama dan Moral
- Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
- Berpakaian yang rapi dan sopan
- Mengerjakan tugas sampai selesai
- Bahasa
- Menyanyikan lagu anak
- Berinteraksi dengan teman
- Menyebutkan nama gambar yang ada
- Kognitif
- Memikirkan bagaimana cara menyelesaikan tugas
- Memikirkan cara menggunting sesuai dengan gambar yang ada
- Fisik Motorik
- Mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan
- Menggunakan motorik halus dalam menggunting
- Melatih koordinasi anak saat menggunting
KEGIATAN
PEMBELAJARAN :
- Pembukaan
- Memperlihatkan gambar geometri serta garis yang ada yang ada
- lagu pembuka
- doa
- makan bersama
- menggosok gigi (toilet training)
- Inti
CONTOH PERMAINAN
MENGGUNTING GAMBAR GEOMETRI/GARIS
1.
Persiapan :
a.
Menyiapkan tempat yang nyaman untuk anak
b.
Menyiapkan berbagai gambar geometri seperti
lingkaran, segitiga, segi empat, ataupun gambar garis seperti garis lurus,
garis lengkung dan garis membentuk petir.
2.
Cara Bermain
SECARA KELOMPOK
a.
Anak
dibagi menjadi beberapa kelompok (1 kelompok kira-kira 3-4 orang anak).
b.
Berikan kepada setiap kelompok 3-4 gambar sesuai
dengan jumlah anak tiap kelompok
c.
Berikan gunting kepada anak serta mengawasi
dalam menggunakannya
d.
Beri contoh pada anak cara menggunting gambar
e.
Kemudian anak di berikan tugas untuk
menggunting gambar kemudian menggunakannya. Dengan menyiapkan bahan-bahan :
a. Gambar yang akan di gunting
b.
Gunting
c. tempat untuk kertas yang selesai di gunting
f.
Anak ditugaskan untuk menggunting gambar
secara estapet jika temnnya telah selesai menggunting gambar maka dilanjutkan
ke teman selanjutnya sehigga anak bisa saling berinteraksi dengan temannya.
g.
Saat
bekerja dapat diiringi dengan mendengarkan music agar anak senang dan tidak merasa bosanr anak
senang dan tidak merasa bosan.
SECARA INDIVIDU
a. Menyiapkan gambar yang
akan di gunting yang sesuai dengan tingkat kecerdasan anak yang dilihat dari
usia.
b.
Pilihlah tingkat kesulitan yang sesuai untuk
usia anak. Gambar yang ada
tersedia dalam tingkat kesulitan yang berbeda.
c.
Berikan kepada anak satu atau dua buah gambar
d.
Berikan gunting kepada anak serta mengawasi dalam
menggunakannya
e.
Beri contoh pada anak cara menggunting gambar
f.
Minta anak untuk mencoba melakukannya
g.
Berikan pujian jika anak berhasil menggunting dengan baik
h.
Apabila anak masih ingin bermain, ulangi lagi permainan
dan boleh menggunakan gambar lain.
- Penutup
- recalling
- doa
- penutup
Lembar Penilaian Observasi
”Menggunting Gambar
Geometri/Garis”
NO
|
NAMA
|
ASPEK YANG DINILAI
|
||
KETEPATAN
|
KEAKTIFAN
|
KERAPIAN
|
||
Rubrik
Penilaian
- Ketepatan
: Anak menggunting tidak beraturan/asalasalan
: Anak menggunting walaupun masih banyak yang salah
: Anak menggunting dengan baik walaupun masih ada beberapa yang keluar garis
: Anak menggunting dengan baik dan sudah tidak keluar garis
2.
Keaktifan
: Anak diam
saja
:
Anak hanya mau terlibat dalam pembelajaran
menggunting
dengan motivasi guru
: Anak aktif
dalam pembelajaran menggunting
: Anak mampu
dan aktif dalam menanggapi pernyataan dan arahan guru
3.
Kerapian
: Dalam memakai
seragam sekolah belum rapi
: Dengan
bantuan guru merapikan pakaian yang dipakai
: Sudah rapi
dalam memakai seragam sekolah
: Mampu merapikan pakaian seragamnya sendiri
dan dapat memakai sendiri dengan benar
DAFTAR PUSTAKA
Masitoh, M.pd dkk (2005)
Pendekatan Belajar Aktif Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional
Andriana dian (2011) Tumbuh
Kembang & Terapi Bermain Pada Anak, Denpasar : Salemba Medika
Kresnawan dkk (2006)
Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal, Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jendral Bina
Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak (2012) Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi,
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Suyanto, Slamet Dkk (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
PENUTUP
SARAN
Jika ada saran / kritikan lain dalam pembuatan makalah saya
ini maka saya sangat berterima kasih dalam membumbing serta membantu saya untuk
memperbaiki makalah ini, karena saya
hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
KESIMPULAN
Ketertarikan
anak menggunakan gunting pada usia dini biasanya disebabkan karena sering
melihat orang dewasa atau anak yang lebih besar menggunakannya. Mungkin dia
melihat neneknya yang menggunting kain untuk dijahit, baby sitter menggunting
kardus susu, kapster
memotong
rambut mama, atau kakak menggunting kertas origami, sehingga ia penasaran untuk
ikut mencoba menggunakan benda ”ajaib” yang bernama gunting.
Jika
anak dilarang melakukan sesuatu, biasanya menumbuhkan rasa penasaran dan
keingintahuan yang besar. Bahkan, mereka akan mencoba melakukannya tanpa
sepengetahuan orang lain. Daripada itu terjadi, lebih baik ajari anak
menggunakan gunting dengan cara yang benar. Namun mengingat bahaya yang bisa
ditimbulkan dari penggunaan benda tajam seperti gunting, pisau, cutter, maka
berikan penjelasan juga mengenai resiko yang bisa terjadi jika gunting
digunakan dengan cara yang tidak benar.
Mengingat
banyaknya manfaat yang akan diperoleh, latihlah si kecil menggunakan gunting
sejak dini untuk meningkatkan ketrampilan motorik halus dan juga kemampuan
intelektualitasnya. Jangan tunda-tunda atau anak akan terhambat
perkembangannya
mantab blog nya yy..
BalasHapus